Selasa, 28 September 2010

Praktek Bersyukur


Alhamdulillah kita dikaruniai badan yang sehat. Dengan karunia ini kita bisa melakukan aktivitas apa saja yang sudah direncanakan. Oleh karena badan adalah karunia maka perlu digunakan dengan sebaik-baiknya. Sebagai seorang siswa atau pelajar berusaha mempraktekkan rasa syukur dengan lebih giat belajar.
Sebagaimana tujuan belajar untuk menghilangkan kebodohan. Menjadi bodoh itu tidak enak. Akan dibodohi orang lain. Maka kita harus pandai. Untuk itu harus bersekolah. Alhamdulillah lagi status sebagai pelajar perlu disyukuri juga. Karena tidak bisa sembarang anak bisa bersekolah di madrasah ini. Hanya anak yang mempunyai kemampuan tertentu yang lulus seleksi di madrasah yang kita cintai ini.
Ada kelebihan jika siswa menempuh pendidikan di madrasah. Madrasah pada awalnya adalah lembaga pendidikan di pondok pesantren. Oleh karena mengikuti perkembangan zaman lalu diformalkan tanpa mengurangi nilai-nilai luhur pesantren. Kalau di pondok kepala pendidikan adalah kiai. Maka di madrasah kepala madrasah adalah kiainya. Dan para guru adalah ustadz dan ustadzah. Yang akan membimbing siswa menjadi generasi penerus yang soleh likulli zaman wa makan.
Mengapa hal ini penting ditegaskan karena awal kesejarahan ini. Masih banyak para guru yang alumni pondok pesantren. Dan biasanya melakukan segala sesuatu dengan ikhlas mengharap ridha dari Allah SWT. Bukan seperti guru di sekolah yang bekerja dengan prinsip transaksional. Saya bekerja maka harus dibayar. Tradisi ini masih kuat di madrasah. Selain dari itu, para guru dengan ikhlas mendoakan semua siswa agar ke depan menjadi alumni yang bermanfaat ilmunya. Doa itu dipanjatkan setiap hari. Setelah sholat lima waktu dan selesai ketika sholat malam. Bahkan masih ada bapak dan ibu guru yang melakukan puasa dengan rutin. Ini adalah kelebihan.
Selain dari itu yang dikembangkan di madrasah tidak hanya cerdas secara intelektual saja. Tetapi juga mengasah kecerdasan emosional dan spiritual. Berbagai kegiatan ekstrakurikuler disediakan di madrasah ini. Ada PMR, pramuka, band, olahraga prestasi, seni baca al-Qur’an, rebana. Budaya pondok juga masih kental dilakukan. Sebagaimana pondok pesantren mempunyai amalan sirri untuk kesuksesan santri. Begitu juga yang dilakukan di madrasah ini. Budaya madrasah masih senantiasa dilaksanakan. Mulai dari naik sepeda bagi siswa. Sejak dari pintu gerbang diharuskan untuk turun. Lalu berjalan menuju tempat parkir. Ketika bertemu dengan guru mengucapkan salam, assalamu’alaikum dan dilanjutkan dengan mencium tangan guru. Hal semacam ini dilakukan ketika masuk kelas pada jam pertama dan ketika mau pulang.
Program tadarus al-Qur’an sebelum pelajaran dimulai setiap hari. Ini diharapkan agar setiap siswa terbiasa membaca al-Qur’an dan bisa tartil bacaannya. Disamping ada tujuan yang lain yakni agar aktivitas harian siswa dimulai dengan bacaan-bacaan yang suci. Dengan ini diharapkan aktivitas yang dilakukan dalam sehari bisa bermanfaat dan barokah. Senantiasa mengharap hidayah dari Allah yang memberi hidayah kehidupan manusia.
Di samping ada jadwal sholat dhuha rutin secara bergantian dan sholat dhuhur berjamaah. Ditambah lagi dengan membaca tahlil rutin dan istighosah yang dilakukan setiap hari Sabtu pada jam pertama. Hal tersebut dikandung maksud menjaga keharmonisan kehidupan. Bahwasanya manusia yang hidup masih berhubungan dengan yang sudah tinggal di alam kubur. Hubungan ini senantiasa harus dijaga agar harmonis. Disamping untuk menjaga hubungan sanad atau silsilah keilmuan. Dalam dunia pesantren silsilah keilmuan dirasa sebagai hal yang sangat penting untuk keberkahan ilmu.
Dari gambaran di atas, sangatlah bersyukur jika seorang anak menempuh pendidikan di lembaga pendidikan ini. Maka rasa syukur ini perlu diimplementasikan atau dipraktekkan dalam keseharian. Tugas dan kewajiban siswa haruslah belajar setiap hari. Mengenai kapan waktunya terserah. Apakah sehabis pulang sekolah, setelah magrib atau setelah sholat isya. Atau juga barangkali setelah sholat tahajud di malam hari seperti yang telah dipraktekkan oleh Prof. Yudian Wahyudi, Ph.D ketika menempuh program doktor di Harvard University. Sehingga pulang dengan kesuksesan. Waktu belajar terserah siswa. Hanya saja perlu waktu khusus untuk melakukannya. Akhirnya semoga apa yang disampaikan bisa bermanfaat.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Materi pidato disampaikan ketika menjadi Pembina Upacara Hari Senin, 27 September 2010 di halaman MTsN Termas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar