Sabtu, 04 September 2010

Dampak sakit

Tubuh sakit suatu hal yang tidak menyenangkan dan tidak diharapkan. Hal ini baru bias dirasakan bila sudah sakit. Bila sudah dalam keadaan begini, maka keluarga berusaha membawa si sakit berobat. Kemanapun saran orang, biasanya ditempuh. Tanpa banyak pertimbangan ke rumah sakit atau pengobatan alternatif.
Maka bila sudah agak parah dan perlu istirahat di rumah sakit untuk pengobatan lebih lanjut keluarga akan menjaga. Silih berganti yang menjaga dan menjenguk. Hari-hari anggota keluarga difokuskan untuk kesembuhannya. Dan bolak-balik rumah dan rumah sakit sebagai kewajiban yang harus ditunaikan.
Makanya tubuh sehat menjadi perbincangan utama ketika bertemu kenalan, kolega, atau keluarga sebelum membahas yang lain. Karena kesehatan menjadi perhatian utama dan berpengaruh terhadap aktivitas kehidupan. Bila sehat maka rencana yang telah disusun akan bias terealisasi tanpa kendala sakit. Dan sebaliknya bila sakit maka banyak hal yang perlu penyesuaian.
Dengan adanya orang sakit banyak pihak yang diuntungkan. Dokter, perawat, bidan, apotek, tukang becak, juru parker, cleaning service, warung, toko, pabrik roti dan toko buah serta yang lain. Dengan banyak orang sakit maka petugas kesehatan akan banyak tugas yang harus dikerjakan. Dan akan menjadi pengangguran bila semua warga sehat. Maka ternyata sakit ada yang senang. Maka Gusti Allah dawuh rabbana ma khalaqta hadza bathila memang benar adanya. Dengan adanya penyakit dan orang sakit maka akan menggerakkan roda kehidupan. Allah tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Begitu pula dengan adanya suatu penyakit akan menggerakkan para peneliti untuk mencari formula obat yang tepat, pihak pabrik obat akan menggandakan obat tersebut untuk disebar di berbagai apotek dan toko obat serta rumah sakit.
Bila dirasa kurang cocok berobat di rumah sakit biasanya juga pergi ke pengobatan alternatif. Dengan menggunakan obat herbal. Ada yang hanya cukup dengan berobat jalan namun juga sekarang sudah banyak pula pengobatan jenis ini yang harus menginap bahkan ada yang sampai berbulan-bulan. Contohnya patah tulang maka perlu waktu agak lama.

Kalau tadi adalah sakit fisik yang bias diobati dengan berobat ke dokter atau sejenisnya. Namun ada juga jenis penyakit lain yakni penyakit non fisik, jiwa. Sebagaimana dalam ayat al-Qur’an Fiqulubihim maradhun. Di dalam hati mereka ada penyakit. Penyakit hati misalnya tidak jujur, iri, dengki, serakah, bohong. Inilah penyakit yang lebih berbahaya. Kalau sakit fisik dampaknya lebih sedikit. Hanya yang bersangkutan saja yang merasakannya. Namun bila sakit hati bias berdampak lebih luas. Tidak hanya diri pelaku namun bias keluarga, satu desa, satu kantor bahkan satu Negara.
Pegawai rendahan saja misalnya tidak jujur maka sistem akan terpengaruh. Apalagi setingkat pejabat bahkan top manajer yang menyimpang maka akan berpengaruh luar biasa. Ini masih di satu kantor. Bagaimana lagi kalau semua kantor semua pegawainya hatinya sakit semua? Wah, bagaimana? Bisa dibayangkan sendiri. Sakit jenis ini tidak ada obatnya kecuali dari pribadi yang bersangkutan. Karena dokter dan tabib tidak bisa mendeteksi penyakit jenis ini. Bisa saja yang bersangkutan masih bisa melaksanakan aktivitasnya sehari-hari dengan biasa seperti orang yang sehat. Bisa makan, olahraga, bergaul dan menjalin hubungan sosial tidak ada bedanya. Hanya saja ada penyakit yang bersemayam dalam dirinya yang tidak dapat dideteksi. Psikiater pun belum tentu tahu jenis ini karena tidak ada keluhan. Hanya saja bila disadari dengan mengutarakan secara detail kronologi kehidupan yang dijalani baru bisa ditemukan.
Oleh karena jenis penyakit ini tidak ada yang tahu dan dampaknya yang luar biasa dalam kehidupan maka perlu kewaspadaan semua pihak. Dan kita berdoa semoga rahmat dan hidayah Allah senantiasa menyertai aktivitas yang kita lakukan. Dan semoga Allah menjauhkan kita dari penyakit hati. Amin.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar