Tips ini saya dapatkan dari bincang santai dengan Kiai Imam Masyhadi, lulusan PTIQ Jakarta yang rutin menjadi pengasuh pengajian tafsir di Masjid Pisang. Saat acara ramah tamah teman-teman bincang-bincang ngalor ngidul seputar pertanian. Memang kebanyakan teman-teman bermata pencaharian sebagai petani. Ketika asyik sawi, kacang panjang, padi dan jagung tiba disinggung masalah buh pisang. Kebetulan desa saya bernama Pisang. Kemungkinan dulu yang babat desa ini memberi nama Pisang karena banyak pohon pisangnya.
Menanam pohon pisang susah-susah gampang. Yang agak malas, dibiarkan pun pisang bisa berbuah dan bisa menghasilkan. Golongan ini mungkin juga termasuk saya. Walaupun dari keluarga petani, namun sejak kecil jarang menyentuh cangkul jadi tidak begitu tahu mengenai pertanian. Berkaitan dengan tanaman pisang, antara dirawat dan tidak tentunya akan banyak hasilnya bila dirawat dengan baik.
Salah satu penyakit pisang adalah korepen (bahasa Jawa). Biasanya berwarna putih kayak bulai dan hasilnya kecil kurang berisi. Ini terjadi ketika ontong sudah turun belum dipotong. Datanglah kupu-kupu bertelur disitu. Ketika waktunya pisang berbuah, telur kupu-kupu tadi menjadi ulat maka terjadilan korepen tadi.
Mungkin jarang diantara kita yang tahu masalah ini. Dan membiarkannya saja mungkin dirasa oleh karena sudah biasa. Lalu bagaimana solusinya mengatasi korepen? Mungkin ini bisa dicoba. Setelah ontong masih berdiri dipotong. Ambil kapas ditaburi atau diolesi bahan yang berbau. Bisa insektisida dan sejenisnya. Mungkin puradan dll. Lalu di sunduki kaya sate diletakkan dari bekasnya ontong tadi. Insyaallah kupu-kupu tidak akan mendekat untuk bertelur. Dan amanlah buah pisang kita dari penyakit korepen dan menghasilkan pisang yang lezat.
Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar