Jumat, 29 Januari 2010

Segera melunasi hutang

Pada suatu hari di suatu pengajian, pak kiai memberi tausiah yang berkaitan dengan hutang. Sebagaimana manusia sebagai makhluk social pastilah berhubungan dengan orang lain. Saling membantu dan memerlukan bantuan orang lain. Intinya manusia tidak bias hidup sendiri. Selalu membutuhkan kerjasama dengan yang lain. Contoh kecil saja. Kita sekarang ini bias makan dengan mudah setiap hari. Nasi sebagai kebutuhan pokok dihasilkan oleh petani yang bekerja di sawah. Itupun tidak satu orang petani atau satu orang saja. Dalam menggarap areal pertanian membutuhkan jasa tukang irigasi, tukang matun, ndaud, membersihkan rumput liar, membajak sawah, ketika akan panen butuh orang lain untuk menunggu padi ketika menguning bahkan ketika memanenpun butuh orang lain. Karena begitu banyaknya padi yang harus dipanen. Setelah hasil panen butuh alat perontok padi dan membawanya dengan truk pastilah butuh sopir.
Ketika padi sudah kering, butuh orang untuk menjadikannya beras siap untuk dimasak. Dari gambaran kecil di atas, sudah berapa puluh orang dan berbagai profesi yang dibutuhkan untuk menjadi dan menyiapkan makananan pokok kita. Jadi kita tidak bias sombong bias mencukupi kebutuhan diri pribadi dan keluarga dengan kemampuan sendiri. Pastilah ada bantuan dan jasa orang lain. Bersyukurlah kita masih ada orang lain yang membantu kita.
Dalam kehidupan social masyarakatpun kita terlibat hutang piutang. Hal ini terjadi karena terkadang kita butuh uang atau barang atau jasa yang kita butuhkan dalam keadaan mendesak. Salah satu jalan yang bias ditempuh adalah meminjam atau hutang pada orang atau pihak lain. Itulah yang namanya pinjam atau hutang. Hutang dibenarkan dan dibolehkan. Bahkan diceritakan dalam suatu hadits bahwa nabipun pernah hutang pada seorang yahudi. Jadi tidak ada masalah dengan hal tersebut. Hanya saja dianjurkan dalam al-Qur’an agar kita menulisnya agar tidak terjadi perselisihan di kemudian hari.
Pak Kiai bercerita agar kita sukses dalam kehidupan segeralah melunasi hutang atau pinjaman, janji, kesanggupan kepada orang lain. Kelihatan ini sepele tapi ternyata berat juga pelaksanaannya. Selama ini kita terlalu mudah hutang, tapi ketika tiba waktunya membayar sangat berat untuk melaksanakannya. Agar tidak lupa ada hal yang bias dilakukan yakni intropeksi diri seberapa kemampuan pendapatan kita sehingga kita tidak berat untuk membayar hutang. Kemudian hubungannya dengan pengaruh kesuksesan dalam hidup logika bias saja begini. Karena kita sanggup membayar, melakukan, menepati janji hal itulah sangat dibutuhkan olah orang atau pihak yang berhubungan dengan hal tersebut. Jadi orang lain sangat menunggu janji dan kesanggupan kita. Dan diakhirat hal itu akan menjadi penghalang kita masuk surga. Makanya hal tersebut diingatkan ketika ada jenazah yang mau diberangkatkan ke liang lahat. Apabila ada hal yang berkaitan dengan hak adami si mayit maka dimohon kepada para hadirin untuk berhubungan dengan ahli waris atau boleh juga kalau diikhlaskan oleh yang bersangkutan. Apalagi ada akad perjanjian yang belum dilaksanakan. Apabila tidak dilaksanakan maka akan menghalangi si mayit untuk masuk surga dan menjadi kegelisahan si mayit di alam barzah. Sedari itu semasa kita masih sadar perlu kita bertafakkur ada berapa hak yang belum kita tunaikan? Seberapa besar kemampuan kita untuk menunaikannya? Semoga bermanfaat dan kita bias menjalani kehidupan dengan baik dan tanpa beban.
Wallahu a’lam bi al shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar