Selasa, 26 Januari 2010

Ilmu Dari Mana Saja

Secara kebetulan ketika saya copy pada sebuah toko di Kertosono bertemu dengan salah satu kepala madrasah aliyah di kabupaten nganjuk. Walaupun saya belum kenal benar, tapi saya beranikan diri untuk mendekati beliau dan memperkenalkan diri saya sambil memesan keperluan pada penjaga toko. Ternyata beliau menanggapi dengan baik sekali, diluar perkiraan yang saya bayangkan sebelumnya. Biasanya pejabat kalau didekati orang yang belum dikenal apalagi usianya masih dibawahnya jauh tidak mau terbuka dan acuh tak acuh. Ya, saya rasa hal seperti ini yang seharusnya dimiliki para manager madrasah. Bias luwes menghadapi orang lain tanpa meninggalkan etika yang ada. Dan mempunyai visi yang jelas. Hal itu yang saya dapat dari buku, lho. Bahwa seorang kepala sekolah harusnya seorang yang visioner sehingga diharapkan bias membawa lembaganya sesuai yang diharapkan oleh konsumen pendidikan.
Beliau sedikit cerita ketika beliau menjadi kepala madrasah tsanawiyah yang sekarang menjadi tempat penulis mengabdi. Dengan sentuhan tangan dingin, lembaga yang beliau pimpin dipercaya masyarakat sehingga bias menerima siswa 15 rombongan belajar ketika tahun pelajaran baru. Sebuah prestasi tersendiri yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dan kalau tidak salah beliau sebagai alternative kepala yang bias diterima berbagai pihak dari calon yang menjadi kepala definitive. Padahal keadaan sarana dan prasarana kurang memadai ketika itu. Contohnya ruang belajarnya kurang. Sehingga pernah terjadi beberapa semester harus masuk pagi siang. Ya, capek juga. Kata beliau. Namun dengan niat membesarkan madrasah beliau bias menyelesaikan bangunan dua tingkat dengan 6 ruangan kelas, gedung labolatorium, dan gedung perpustakaan.
Ada hal yang menurut saya bagus ketika beliau memberi teladan pada anak buah. Misalnya ketika pagi sebelum jam belajar di mulai beliau berdiri di pintu gerbang sambil mengajak salaman para siswa. Hal ini akan membuat siswa dan guru kelabakan bila terlambat. Memberi kebebasan siswa untuk membeli seragam di luar. Jadi madrasah tidak menyediakan seragam. Hanya membuat desain saja. Bahkan siswa dibebaskan untuk memakai seragam kakaknya. Bila sobek cukup dijahit saja. Bila dirunut sebenarnya sekolah tidak harus berseragam. Semuanya harus seragam. Kayak bebek. Kalau kita lihat bebek maka selalu manut pemiliknya. Disuruh jalan keselatan maka ya jalan ke selatan, keutara ya keutara. Apa siswa yang kita idam-idamkan kita persamakan dengan bebek. Khan, tidak. Kita semua ingin siswa menjadi siswa yang kreatif sehingga menjadi anak zamannya.
Ada hal lain yang baik juga saya kira. Beliau nunggu kegiatan siswa. Bahkan bermalam bila dibutuhkan. Kegiatan pramuka juga kegiatan yang lain. Pastilah para Pembina dan siswa merasa senang karena pimpinannya mengayomi serta turut merasakan.
Wallahu a’lam bi al-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar