Jumat, 23 Januari 2015

Baju Hijau-hijau



Hari Kamis (22/1/2015) giliran rumah penulis kebagian menjadi tuan rumah rutinan Jamaah Tahlil wa Taklim Babussalam. Salah satu kumpulan bapak-bapak yang mempunyai rutinan tahlil dan pengajian sebagai wahana silaturahmi dan thalabul ilmi. Ternyata wahana ini efektif untuk menjaga kesinambungan dan harmonisasi kehidupan. Bila di siang hari disibukkan dengan urusan mencari rizki maka sepekan sekali bertemu di rumah anggota secara bergiliran.
Bisa melepas kepenatan bekerja dan pikiran bisa fres. Bila ada masalah bisa tukar fikiran dengan teman atau orang yang dianggap bisa membantu menyelesaikan. Dari sisi kohesifitas social dengan sering bertemu akan mengurangi masalah yang timbul. Bahkan cenderung bisa diselesaikan. Selain bersama-sama berdzikir untuk mengingat Allah juga ada pengajian untuk sarana menambah ilmu. Disadari bahwa kehidupan yang penuh kompetisi ini terkadang hati dan fikiran kita terlupa. Lupa akan tujuan diciptakannya manusia. Bahwa kita makhluk manusia diciptakan untuk beribadah.
Dengan sering dicash (meminjam istilah Ustadz DR. Kharisudin Aqib) maka hati dan pikiran kita bisa terjaga. Bila terlena maka akan segera kembali ingat. Memang sebagaimana diterangkan oleh para kiai bahwa iman seseorang bisa bertambah dan berkurang. Agar bisa sesuai dangan fitrah kemanusiaan maka mencari ilmu juga hal yang penting dilakukan.
Agenda rutin tahlil memang hal yang sederhana. Sederhana karena memang sudah puluhan tahun jamaah ini mengerjakannya tiap kamis malam. Mungkin karena sudah rutin jadi menjadi hal yang biasa. Namun dibalik itu bukan adat yang merutinkannya namun ada dalil agama sebagai patokan untuk melakukannya. Beda adat dan ibadah adalah bila adat dasar melaksanakannya kebiasaan masyarakat sekitar. Sedang ibadah adalah dalil nash yang menuntunnya.
Dasar tahlil sudah jelas. Banyak dalam Alquran diantara ala bidzikrillahi tathmainnul qulub. Dan masih ada yang lain. Dengan banyak mengingat Allah maka bisa membuat hati tenang. Dalam acara tahlil yang dibaca adalah kalimat tayyibah yang semuanya adalah dasar bacaannya. Misalnya membaca surat alikhlas, annas, alfalaq, alfatihah, ayat kursi, membaca salawat, membaca tahlil semuanya sudah jelas dasarnya. Sehingga tidak perlu diragukan lagi keabsahannya. Bila ada yang mempertanyakan maka perlu untuk mengaji lagi.
Acara dimulai dengan pengajian  oleh Bapak Moh. Isro’. Beliau mengajak para jamaah untuk mengingat kembali tujuan diciptakannya manusia hanya untuk beribadah. Dengan berusaha melaksanakan perintah Allah dan rasulNya juga menjauhi yang menjadi larangan Allah dan rasulNya.

Dilanjutkan dengan bacaan tahlil dipimpin oleh Bapak Moh. Toha dan diakhiri dengan doa oleh H. Basyari Utsman. Ada hal menyejukkan hati karena baju yang dikenakan jamaah adalah baju hijau-hijau, baju seragam NU. Terkadang pengurus NU tidak punya baju kebesarannya sedang jamaah Babussalam sudah memakainya. Semoga senantiasa mendapat petunjuk dari para ulama. Amin. Wallahul a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar