Hari Kamis (22/1/2015)
giliran rumah penulis kebagian menjadi tuan rumah rutinan Jamaah Tahlil wa
Taklim Babussalam. Salah satu kumpulan bapak-bapak yang mempunyai rutinan
tahlil dan pengajian sebagai wahana silaturahmi dan thalabul ilmi. Ternyata wahana
ini efektif untuk menjaga kesinambungan dan harmonisasi kehidupan. Bila di
siang hari disibukkan dengan urusan mencari rizki maka sepekan sekali bertemu
di rumah anggota secara bergiliran.
Bisa melepas kepenatan
bekerja dan pikiran bisa fres. Bila ada masalah bisa tukar fikiran dengan teman
atau orang yang dianggap bisa membantu menyelesaikan. Dari sisi kohesifitas social
dengan sering bertemu akan mengurangi masalah yang timbul. Bahkan cenderung
bisa diselesaikan. Selain bersama-sama berdzikir untuk mengingat Allah juga ada
pengajian untuk sarana menambah ilmu. Disadari bahwa kehidupan yang penuh
kompetisi ini terkadang hati dan fikiran kita terlupa. Lupa akan tujuan
diciptakannya manusia. Bahwa kita makhluk manusia diciptakan untuk beribadah.
Dengan sering dicash
(meminjam istilah Ustadz DR. Kharisudin Aqib) maka hati dan pikiran kita bisa
terjaga. Bila terlena maka akan segera kembali ingat. Memang sebagaimana
diterangkan oleh para kiai bahwa iman seseorang bisa bertambah dan berkurang. Agar
bisa sesuai dangan fitrah kemanusiaan maka mencari ilmu juga hal yang penting
dilakukan.
Agenda rutin tahlil
memang hal yang sederhana. Sederhana karena memang sudah puluhan tahun jamaah
ini mengerjakannya tiap kamis malam. Mungkin karena sudah rutin jadi menjadi
hal yang biasa. Namun dibalik itu bukan adat yang merutinkannya namun ada dalil
agama sebagai patokan untuk melakukannya. Beda adat dan ibadah adalah bila adat
dasar melaksanakannya kebiasaan masyarakat sekitar. Sedang ibadah adalah dalil
nash yang menuntunnya.
Dasar tahlil sudah jelas.
Banyak dalam Alquran diantara ala bidzikrillahi tathmainnul qulub. Dan masih
ada yang lain. Dengan banyak mengingat Allah maka bisa membuat hati tenang. Dalam
acara tahlil yang dibaca adalah kalimat tayyibah yang semuanya adalah dasar
bacaannya. Misalnya membaca surat alikhlas, annas, alfalaq, alfatihah, ayat
kursi, membaca salawat, membaca tahlil semuanya sudah jelas dasarnya. Sehingga tidak
perlu diragukan lagi keabsahannya. Bila ada yang mempertanyakan maka perlu
untuk mengaji lagi.
Acara dimulai dengan
pengajian oleh Bapak Moh. Isro’. Beliau mengajak
para jamaah untuk mengingat kembali tujuan diciptakannya manusia hanya untuk
beribadah. Dengan berusaha melaksanakan perintah Allah dan rasulNya juga menjauhi
yang menjadi larangan Allah dan rasulNya.
Dilanjutkan dengan bacaan
tahlil dipimpin oleh Bapak Moh. Toha dan diakhiri dengan doa oleh H. Basyari
Utsman. Ada hal menyejukkan hati karena baju yang dikenakan jamaah adalah baju
hijau-hijau, baju seragam NU. Terkadang pengurus NU tidak punya baju
kebesarannya sedang jamaah Babussalam sudah memakainya. Semoga senantiasa
mendapat petunjuk dari para ulama. Amin. Wallahul a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar