Menarik bila mendengar penggalan lagu Amnesia milik GIGI yang dijadikan sound track film Para Pencari Tuhan (PPT) yang dibintang artis senior Dedy “Nagabonar” Mizwar yang berbunyi
pagi beriman
siang lupa lagi
pagi beriman
malam amnesia
dari sini bisa ditebak bahwa sebenarnya iman seseorang memang berubah-ubah. Kadang tingkat imannya tinggi tapi terkadang juga kendur. Ini terpengaruh oleh suasana hati, budaya, juga bisa lingkungan. Maka ketika posisi tahiyat akhir sebelum salam dianjurkan berdoa “ya muqallibal qulub tsabbit qolbi ‘ala dinika”.
Melihat kenyataan ini maka dalam tradisi Tariqah Qadiriah wa Naqsabandiah ada namanya selapanan atau mujahadah. Dalam hal ini di Kelutan Ngronggot dengan mursyid Dr. KH. Kharisuddin Aqib, M.Ag. melakukan mujahadah ada yang satu pekan pada hari Kamis sore. Sedang dalam kegiatan bulanan pada hari Ahad terakhir setiap bulan. Fungsinya untuk mencharge iman murid. Bila dilogikakan seperti arus listrik. Bila rumah pelanggan PLN dekat dengan gardu listrik maka pasokan listriknya penuh. Namun bila rumah pelanggan jauh dari gardu maka kadang penuh kadang separuhnya. Ini diumpamakan gardu adalah mursyid yang bertindak sebagai guru dan rumah pelanggan sebagai murid.
Maka suatu waktu murid harus ikut mujahadah untuk mencharge iman agar menjadi penuh kembali. Dan giat lagi dalam menjalankan amalan ibadah untuk persiapan menghadap al-Khaliq. Sebagaimana dalam tarji’ yang biasa kita lakukan ketika mendengar orang meninggal atau waktu terkena sesuatu yang kurang menyenangkan inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Thariqah sebagai jalan menuju Allah dibagi menjadi beberapa macam. Ada dengan jalan dzikir, dengan jihad dan taklim. Bila Thariqah Qadiriah wa Naqsabandiah ini adalah thuruqu ilallah dengan jalan dzikir. Tentu saja dengan aturan bacaan dzikir yang sudah dipatenkan. Jalan lain menuju Allah dengan jalan jihad biasanya terkenal dengan jihadul qital. Jihad dengan jalan perang. Mungkin ini yang mengilhami adanya gerakan intifadah di Palestina. Sedang di Indonesia bisa berbentuk pengeboman hotel JW Marriot, di Kuta Bali dan lainnya sebagaimana dilakonkan oleh Imam Samudera dan konco-konconya yang disinyalir dari bagian Negeri Islam Indonesia. Adapun mengenai hal ini perlu keterangan yang lebih jelas. Bisa juga ini adalah pembelokan alur berfikir hingga harus membunuh orang yang tidak berdosa. Padahal Islam menurut artinya adalah salim kedamaian. Tidak cocok sama sekali. Bila diartikan untuk menegakkan agama harus membunuh orang sipil?
Sebenarnya jalan terbaik menuju Allah adalah dengan jalan taklim. Namun hal ini dirasa sangat berat. Karena aturannya yang ketat dan butuh waktu yang lumayan. Sebagai contoh untuk sertifikasi dosen saja seorang dosen harus mengajar 9 SKS dan 3 SKS sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat dan penelitian. Belum lagi harus menulis karya di jurnal dan dalam bentuk buku. Bila guru harus mengajar minimal 24 jam dalam seminggu belum lagi harus terus mengup date ilmunya agar tidak tertinggal jauh dari siswanya. Maka dirasa jalan yang lebih mudah adalah dengan jalan thariqah dzikir.
Bila dilihat dari namanya Tariqah Qadiriah wa Naqsabandiah, memang ini adalah penggabungan dari dua tariqah. Tariqah Qadiriah dikembangkan oleh Syeh Abdul Qadir al Jilani. Memperoleh ijasah dari gurunya lalu bersambung ke Sayidina Ali lalu dari Nabi Muhammad dari Allah melalui Malaikat Jibril. Dalam ritus ibadah dengan membaca tahlil dengan suara jahr. Sedang silsilah Tariqah Naqsabandi dikembangkan oleh Syeh Bahauddin Naqsabandi yang berasal dari gurunya terus sampai Sahabat Abu Bakar Assidiq dari Nabi Muhammad dari Malaikat Jibril dan dari Allah. Dengan ciri membaca kalimah Allah dengan bacaan sirri. Kedua aliran tariqah ini lalu digabung menjadi Tariqah Qadiriah wa Naqsabandiah oleh Syeh Khatib as Sambasi.
Bila mengikuti tariqah maka dirinya dijuluki sebagai murid melalui baiat. Setelah proses baiat maka murid resmi dalam pengawasan resmi mursyid dalam mengamalkan dzikir ini. Dalam hal ini mursyid bertanggungjawab akan keadaan murid. Ada dua kewajiban yang dilakukan murid yakni mulazamatut dzikri dan mulazamatut taat. Murid diharuskan untuk melaksanakan dzikir setelah sholat maktubah. Ini sebenarnya untuk membiasakan murid untuk membaca kalimah dzikir sebagai persiapan untuk menghadap keharibaanNya. Dengan terbiasa membaca kalimah tahlil atau Allah maka bibirnya akan basah dari bacaan tersebut. Suatu saat bila Malaikat Izrail akan bertamu maka bibirnya akan menyebut dengan kalimah yang sudah biasa diucapkan. Dengan membiasakan membaca tahlil atau lafadz Allah maka insyaAllah di waktu sakaratul maut ketika ruh akan keluar yang waktunya sebentar kalimah itulah yang akan terucap. Maka peristiwa itulah yang disebut dengan khusnul khatimah. Bukankah kunci surga adalah kalimah tahlil la ilaha illallah. Miftahul jannah la ilaha illallah.
Sedangkan mulazamatut taat semata-mata untuk mempermudah proses pembimbingan. Agar si murid tidak keluar dari aturan-aturan dzikir dan pembimbingan yang sudah ditetapkan mursyid sebagai penanggungjawab keberhasilan proses ini. Memang ada “kualat”, bila murid tidak mematuhi apa yang telah ditetapkan. Hal ini sebenarnya sebagai pengingat bahwa agar ilmu yang didapat bisa bermanfaat. Dalam kitab Ta’lim Muta’allim dikatakan agar ilmu murid bisa bermanfaat dijaga agar murid menjaga agar guru tidak menjadi marah. Karena bila marah maka ilmunya kurang bermanfaat. Maka menentang, membangkang perintah guru perlu dihindari. Lebih baik dicarikan jalan keluar agar hal tersebut tidak terjadi. Sebagaimana tercatat dalam sejarah bentuk pembangkangan dan penentangan murid terhadap guru seperti yang terjadi atas Musa Samiri menentang gurunya Nabi Musa.
Lalu di mana posisi qalbun salim, hati yang sehat. Dengan dzikir yang dilakukan akan selalu mengingat Allah sebanyak-banyaknya. Bukankah dalam al-Qur’an sendiri diingatkan agar kita memperbanyak dzikir, dzikran katsira. Dzikir sebanyak-banyaknya, jangan merasa terlalu banyak. Yang terpenting kuantitas terlebih dahulu. Kualitas akan menyusul, dalam arti atsar akan datang kemudian. Begitu dawuhnya Pak Kiai. Apa kita tidak ingin mendapat tempat yang membahagiakan bila kita diingat dan diperhatikan Allah. Sebagaimana firman Allah fadzkuruuni fadzkurkum. Apalagi yang kita inginkan bila kita sudah mendapatkan posisi seperti ini.
Dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang. Gairah hidup akan muncul, manajemen kehidupan akan tertata. Bila hati sudah tertata, ruhani sudah sehat maka tubuh akan sehat. Dan kehidupan akan senantiasa berseri dan tersenyum menjalani hari-hari yang akan datang. Dan khusnul khatimah adalah bentuk dari qalbun salim ini.
Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar