Pada hari Senin, 26/07/2010 sehabis sholat magrib berjamaah di Masjid at-Taqwa dilangsungkan serangkaian ibadah dalam rangka menjadi tamu Nisfu Sya’ban. Masjid ini terletak di Dusun Pojok Desa Tanjungkalang Kecamatan Ngronggot Nganjuk. Dusun ini tergolong dusun dengan wilayah yang luas karena Kknya mencapai seribuan. Masjidnya saja ada empat. Belum lagi musholanya. Saya disini kebetulan bersilaturahmi ke orang tua isteri. Menjadi tamu terasa asing kedengarannya. Karena kebanyakan kita menyebut dengan menyambut Nisfu Sya’ban. Pilihan kata tamu dikandung maksud bahwa bulan Sya’ban akan datang sepanjang tahun. Dan akan terus berputar dari dua belas bulan komariah itu. Sedang kita tidak tahu berapa lama kontrak hidup yang telah digariskan sehingga bisa bertemu dengan bulan sya’ban lagi. Maka terasa tepat kalau kita menjadi tamu di bulan Sya’ban ini. Banyak jamaah yang mengikutinya. Ada ibu-ibu, bapak, anak-anak sekitar 50 orang. Saya tidak begitu asing di sini karena kerap kesini bila liburan dan juga mengantar anak yang ingin bertemu dengan kakek neneknya. Dan neneknya sendiri sangat dekat dengan anak-anak.
Jamaah datang berduyun-duyun mengikuti ritual dikandung maksud seperti dalam hadits bahwa di tanggal 15 bulan Sya’ban Allah menurunkan 300 anugerah. Siapa saja boleh untuk meraihnya. Tinggal kita mau atau tidak. Pada hari ini ada pergantian buku catatan amal. Catatan setahun yang lalu ditutup lalu disetorkan dan akan diganti dengan buku catatan yang baru. Sehingga ada yang menganjurkan pada hari ini juga berpuasa. Agar hari itu bisa menjadi kategori hari baik bagi pelakunya. Termotivasi dari hal tersebut dilakukanlah ritual. Pada dasarnya kita melakukan ibadah untuk memperoleh ridha Allah. Karena tingkatan itu lebih tinggi daripada keinginan untuk memperoleh pahala yang banyak, takut masuk neraka atau agar keinginan bisa tercapai. Ibadah tetap kita lakukan dengan ikhlas tanpa pamrih. Setelah itu kita dianjurkan untuk berdoa. Berdoa apa saja sesuai dengan keinginan kita. Sehingga tidak terkesan kita tidak menyogok Tuhan dengan pujian-pujian lalu kita meminta sesuatu yang diinginkan. Memang terasa tipis perbedaannya. Namun tetap beda hasilnya. Ada yang menarik seperti yang dilakukan wali perempuan seperti Rabiah al adawiyah. Beliau sepanjang hari puasa, sepanjang malam beribadah bukan karena berharap pahala yang banyak dari Tuhan dan juga takut untuk dimasukkan neraka kelak. Terlepas dari itu semua karena hanya merasa sangat cinta dengan RabbNya.
Setelah sholat magrib berjamaah dilanjutkan dengan dzikiran dan berdoa sebagaimana biasa lalu dilanjutkan dengan sholat taubat terlebih dahulu. Sholat taubat dilakukan ikhlas karena Allah dan berharap Allah memberi ampunan atas dosa yang telah kita dilakukan. Sangatlah berbahagia kalau mendapat tingkatan seperti itu. Maka dianjurkan melakukannya. Kalau bisa setiap hari. Kaifiyat yang dilakukan seperti biasanya dua rakaat. Setalah membaca fatihah pada rakaat pertama membaca surat an-nasr (idza ja a). Pilihan pada surat ini karena salah satu ayatnya berbunyi istaghfir (mohon ampunan). Lalau pada rakaat kedua setelah surah fatihah membaca surat al-ikhlas. Sehabis salam membaca istighfar dan doa mohon ampunan atas dosa yang diperbuat baik yang dilakukan dengan sengaja atau tidak maupun dosa yang dilakukan dengan terang-terangan atau rahasia.
Dilanjutkan sholat hajat dua rakaat. Sholat ini dilakukan dengan ikhlas untuk memperoleh ridha Allah dan berharap agar segala cita-cita, adzam kita bisa dikabulkan oleh Allah. Sholat ini bisa dilakukan kapan saja. Bisa habis sholat isya’, habis sholat dhuhur, waktu dhuha sesuai keinginan dan luangnya waktu kita. Caranya niat sholat hajat. Setelah surat fatihah rakaat pertama membaca surat al-kafirun sebanyak 10 kali. Pada rakaat kedua setelah surat fatihah membaca surat ikhlas 10 kali. Sehabis salam lalu sujud syukur. Posisinya seperti sujud seperti biasa sedang bacaan yang dibaca antara lain tasbih, subhanallah wal hamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar wala haula.....sebanyak sepuluh kali. Dilanjutkan membaca sholawat 10 kali dan dilanjutkan membaca doa sapu jagat rabbana atina fiddunnya ....sebanyak 10 kali. Dilanjutkan membaca doa apa saja yang diinginkan dengan bacaan doa bahasa Arab lalu duduk membaca iyyakana’budu waiyyaka nastain sebanyak tiga kali lalu sujud lagi untuk membaca doa apa saja dengan bahasa yang kita bisa. Bila telah selesai lalu salam.
Ritual selanjutnya adalah membaca surat yasin sebanyak tiga kali. Pilihan membaca surat ini diantaranya karena surat yasin dikatakan sebagai jantungnya al-Qur’an. Bila ingin cita-citanya dikabulkan dianjurkan memperbanyak membaca surat ini. Pada dasarnya semua surat al-Qur’an semuanya baik. Dan membaca al-Qur’an surat apapun dinilai sebagai ibadah. Walau membaca dengan berhadats kecil masih dinilai ibadah. Apalagi dengan berwudhu nilainya lebih besar lagi. Dan akan berlipat lagi bila di baca di bulan Ramadhan. Bacaan surat yasin pertama dilakukan dengan ikhlas dan setelahnya memohon kepada Allah agar ditetapkan iman dan keislaman kita. Tsubutul iman wal islam. Mendapat hidayah iman dan Islam adalah anugerah terbesar bagi kita. Oleh karena tidak semua orang mendapatkannya. Bahkan paman Nabi sendiri belum mendapatkannya. Maka kita berdoa agar nikmat yang tidak ternilai ini semoga tetap kita pegang hingga akhir hidup kita.
Bacaan surat Yasin kedua dibaca juga dengan hati ikhlas lalu bermohon kepada Allah agar diberi nikmat banyak yang barokah. Rizki banyak barokah, usia yang barokah, dijauhkan dari bala’ atau cobaan dunia dan akhirat, dijauhkan dari sakit dan penyakit, diberi ketenangan dan ketentraman. Memang semua itu adalah keinginan semua manusia. Dan itu semua harus diikhtiarkan juga tidak lupa untuk berdoa. Karena dengan doa maka takdir akan bisa berubah.
Bacaan surat Yasin yang terakhir dibaca lagi dengan mengharap ridha Allah. Seraya bermunajat kepadaNya agar sisa usia kontrak hidup yang kita jalani berakhir dengan husnul khotimah. Semua sangat berharap dengan hal itu. Karena apalah gunanya beribadah yang banyak, siang malam namun akhirnya kita terjebak pada su’ul khotimah. Maka bermunajat kepada Allah agar diberi kehidupan pamungkas yang baik.
Bisa juga Pak Kiai setelah membaca surat Yasin seperti di atas memimpin doa dengan bersama-sama. Lalu dilanjutkan dengan membaca tahlil. Tahlil yang berisi bacaan-bacaan tayyibah seperti tahlil, tasbih, tahmid dan takbir juga dalam rangka mendekat kepada Pencipta alam semesta ini. Seraya memohonkan ampun kepada para sesepuh, pejuang, orang tua yang telah mendahului kita. Salah satu ciri anak yang soleh adalah mau mendoakan orang tuanya yang telah meninggal. Maka ritual ini masih banyak dilakukan oleh orang-orang desa sebagai bentuk birrul walidain. Sebagai bentuk pengakuan juga bahwa adanya kita karena orang tua yang telah melahirkan. Kita tidak bisa membalas budi mereka. Hanya lantunan kalimah tayyibah yang bisa kita berikan.
Setelah dianggap cukup lalu dilanjutkan dengan sholat isya’ berjamaah. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar