Senin, 02 Agustus 2010

Perjalanan Karier Pegawai

Cerita ini berasal dari senior guru bernama Subagijana- semoga Allah menempatkannya di tempat yang layak di sisiNya. Ketika sama-sama mengajar di salah satu SMP Negeri di Lengkong Nganjuk. Beliau menceritakan seorang guru yang bernama Rasiyo. Pak Rasiyo adalah termasuk guru muda yang energik. Berasal dari keluarga sederhana. Dan Pak Bag-biasa ia dipanggil pernah diajak ke tempat asalnya di Madiun. Begitu juga ketika menjadi kepala sekolahnya. Oleh karena energik dan punya keinginan ingin maju beliau dipromosikan menjadi kepala smp di Lamongan. Dan termasuk kepala smp termuda di Jawa Timur. Apalagi dulu rotasi kepala sekolah masih sentralistik. Ditentukan oleh Kanwil Pendidikan -dulu Kanwil Dep Dik Bud.
Tidak lama kemudian dipindah menjadi kepala Sekolah smp di daerah pinggiran Gresik-Benjeng. Pak Bag menjadi salah satu guru di smp ini sebelum mutasi di smp Lengkong. Menurut Pak Bag, Pak Rasiyo orangnya sederhana. Ketika menjadi kepala sekolah tinggal di rumah kontrakan. Dekat dengan anak buah bahkan sering terlihat main bola volley bareng dengan guru-guru yang lain. Yang jarang menurut saya adalah ketika bel pulang masih senang bercengkrama dengan guru-guru. Seiring dengan bergulirnya waktu, sebelum mutasi menawari guru-guru yang rumahnya luar daerah untuk bersama-sama mutasi. Maka dengan berjalannya proses mutasi, Pak Rasiyo juga mengajukan tiga orang gurunya untuk pulang kandang. Jadi proses mutasinya Pak Bag bareng dengan kepindahan pimpinannya. Ketika mengajar di Benjeng ini, Pak Bag melaju dari Nganjuk tiap hari. Jam tiga pagi sudah keluar rumah untuk berangkat kerja. Waduh, jauh banget. Apalagi waktu itu sekitar tahun ‘80an jalan belum semulus sekarang. Ada perkataan yang saya ingat dari Pak Bag, guru agar tidak usah menanyakan masalah keuangan kepada kepala sekolah. Yang penting guru mengajar. Biar masalah keuangan diurus sendiri oleh kepala sekolah. Hal ini saya lihat dan amati juga dilakukan beliau ketika di Lengkong. Tiap hari selama bergaul hanya mengajar bila selesai terus pulang. Ini juga bisa dimengerti karena selain pangkatnya sudah golongan IV-a waktu itu tahun 2008 juga masa kerjanya sudah paling senior sekitar duapuluhlimaan tahun.
Kembali melanjutkan ke cerita Pak Rasiyo, karena mengasuh program cepat tepat di TVRI Surabaya waktu itu namanya meroket lalu dipromosikan menjadi kepala sekolah di SMP 1 Gresik. Baru kali itu ada kepala sekolah yang berasal dari kepala sekolah pinggiran. Dan kelihatannya berhasil. Namun karena satu dan lain hal lalu dimutasi jadi pengawas di Madura. Banyak kalangan dan juga teman yang menduga karier Pak Rasiyo akan berakhir. Nyatanya jadi pengawas. Dan di daerah minus lagi. Namun tampaknya dewi fortuna masih berpihak. Tidak selang lama lalu mutasi di Kanwil P dan K Jatim lalu terakhir menjadi Kepala Kanwil dengan sudah menyandang gelar doktor dan magister pendidikan. Setelah pilkada gubernur langsung di Jawa Timur mendapat tugas lagi sebagai sekretaris daerah provinsi ini.
Hal yang sama juga di alami oleh Pak Imam Haramain Asy’ari, Kanwil Kemenag Jatim sekarang ini. Beliau menjadi Kepala kanwil menapaki karier dari bawah sebagai guru. Jarang ini terjadi. Namun garis tangan berkata lain.
Dari cerita di atas, bahwa karier pegawai terutama menjadi guru sebenarnya sama dengan jenjang karier pagawai lainnya. Bisa meningkat sesuai kapabilitas dan akseptabilitasnya. Tergantung diri pegawai masing-masing. Hanya saja terkadang ada hambatan, tantangan dan lainnya. Memang ini adalah dinamika hidup dan dinamika sebagai pegawai apalagi di lingkungan birokrasi.
Berkaitan dengan karier pegawai ada lima tangan yang saling mempengaruhi dan mendukung. Yakni buah tangan, campur tangan, garis tangan, tanda tangan, dan jabat tangan. Hal ini saya ingat betul. Ketika lepas kenal pergantian kepala MTsN Tanjunganom dari Pak Imam Suhadi kepada Pak Nur Ahmad. Dan hal tersebut di sampaikan oleh Pak Nur Ahmad selaku kepala Madrasah yang baru. Buah tangan dimaksudkan sebagai hasil kinerja yang dihasilkan seorang pegawai. Bila pekerjaannya baik maka akan dipromosikan oleh atasannya. Suatu karier tidak akan meningkat apabila dalam bekerja sendirian saja. Hasil optimal akan digapai bilamana banyak tangan yang berperan serta. Bisa bawahan, teman kerja, kolega, atasan, bahkan suami atau isteri juga. Dan tak lupa doa orang tua. Maka campur tangan orang banyak juga ikut berpengaruh terhadap karier. Makanya seorang pegawai harus bisa membawakan diri. Jangan dupeh pangkat, ganteng, pinter lalu lupa dengan kulitnya. Intinya harus bisa menempatkan diri dimana berada dan berperan. Lalu karier akan melesat juga tidak akan jauh dari garis tangan yang telah digariskan Allah di telapak tangan manusianya. Yang perlu diingat bahwa garis tangan setiap orang pasti berbeda. Bahkan garis jari tiap orang pun berbeda. Subhanallah. Bagaimana Allah menciptakan ini semua? Padahal jumlah manusia sekarang ini sudah lebih dari satu milyar. Ternyata garis tangannya berbeda semua. Kalau garis tanggan seseorang menjadi jenderal ya jadi jenderal. Menjadi kepala kementerian ya jadi menteri. Kalau sudah digariskan bahwa Gus Dur jadi presiden Indonesia ya jadilah. Walau berasal dari santri pondok dan tidak bisa melanjutkan studi di IAIN waktu itu karena tidak memiliki ijasah formal. Namun walau begitu gelar Dr (Hc) saya hitung kurang lebih ada sepuluh berasal dari berbagai negera. Begitulah menurut garis tangan. Bila badan pertimbangan jabatan dan kepangkatan menyetujui seseorang untuk menjadi pejabat maka dibuatlah surat keputusan yang pasti membutuhkan tanda tangan pejabat yang berwenang. Bila SK sudah ditangan maka dilantiklah pejabat yang dimaksud dengan upacara seremonial seperti saling berjabat tangan. Jabat tangan ini bisa berarti doa semoga jabatan yang diemban bisa barokah dan bermanfaat bagi umat tetepi juga bisa berarti ucapan terima kasih kepada orang yang memberi kepercayaan atas jabatan itu. Tinggal dilihat dari sudut pandang mana. Terserah anda.
Jadi bila ada guru yang diramalkan akan redup sinarnya setelah melukakan kegiatan bersifat pengembangan wawasan pendidikan dan keguruan- hal itu sah-sah saja. Bahkan disebarkan isu juga akan di mutasi ke madrasah swasta dan lain sebagainya itu juga tidak mengapa. Yang jelas sebagai guru terus meningkatkan belajarnya baik melalui studi lanjut sampai setinggi-tingginya karena hal ini guru juga mempunyai hak sesuai dengan UU Guru dan dosen atau juga melalui short course dan lainnya. Yang jelas guru harus belajar sepanjang hayat, long live education agar peserta didik juga meningkat kapasitasnya sebagai anak di zamannya.
Oleh karena guru sekaligus sebagai pegawai harus tunduk pada aturan yang berlaku mau tidak mau harus melaksanakan tugas yang telah diberikan. Tentu sesuai tupoksi dan kemampuannya. Dan dimanapun juga harus siap melanjutkan pengabdian. Wallahu a’lam bi al shawab.

1 komentar: