Jumat, 08 April 2016

KH. Arif Mahfudz-H. Abdul Kholik Nahkoda Baru NU Patianrowo

KH. Arif Mahfudz-H. Abdul Kholik Nahkoda Baru NU Patianrowo
Tiada angin tiada hujan tiba-tiba pengurus ranting mendapat undangan konferensi mwc nu patianrowo. Surat saya terima tanggal 6/4/2016 sedang acara sehari setelahnya di Pondok Pesantren Sunan Kalijaga Pakuncen Patianrowo.
Kebetulan hari Kamis acara padat sejak pagi. Ada khataman quran di masjid baitul atqiya’ yang dimulai sejak rabu malam. Lalu sore diteruskan kirim doa tahlil yang dibaca bakda asar. Acara ini diikuti jamaah masjid dengan mengirimkan catatan nama anggota keluarga yang sudah meninggal. Biasanya disela-sela catatan ada uang untuk operasional pengajian di masjid.
Lalu bakda magrib, jamiyah tahlil wa ta’lim babussalam mengadakan acara tahlil dan ngaji di masjid. Kebetulan hari malam jumat pon wajib dilakukan di masjid. Nguri-nguri berdirinya masjid menurut dawuh si mbah.
Tak cukup itu bakda isak ada undangan tahlil tetangga. Mau tidak mau harus menyempatkan ikut tahlil. Biar tidak dikatakan anti tetangga. He..he.. tidak sebenarnya. Memang kita butuh tetangga. Bisa bertemu tetangga ya acara seperti ini. Lha, setiap hari acaranya kelayapan terus. Atau bila tidak duduk di depan laptop. He..he..
Jadinya datang di acara konferensi terlambat. Undangan jam 19 baru pukul 20.30 bisa berangkat. Karena masih menunggu teman dan lain-lain. Maklum jadi pengurus nu masih agak muda harus sabar. Soalnya patnernya sudah usia 50an bahkan ada yang 70an.
Alhamdulillah di tempat acara baru sambutan dari tuan rumah, K. Komari. Beliau mengingatkan kita ber-NU untuk memperbaiki amal saleh. Dan ini bisa dijadikan sandaran untuk bermohon doa kepada Allah. Karena beliau sendiri sudah mempraktekkan belasan tahun. Gusti kulo wancine mbangunaken griyo yugane. Nyuwun kulo diparingi kemudahan. Kulo nggeh sampun berkhitmah lewat NU. Alhamdulillah, ijabah. Dan masih banyak lain yang sejenis. Jadi berjuang dan melayani umat lewat NU mbarakahi.
Ketika sambutan dari PCNU oleh H. Hasyim Afandi baru tahu bahwa acara malam itu tidak hanya konferensi mwc namun juga sosialisasi konferensi cabang nu yang akan diselenggarakan di pondok pesantren darussalam krempyang tanjunganom tanggal 21-22 Mei 2016.
Untuk menyemarakkan konferensi cabang ini ternyata sudah banyak kegiatan yang dilakukan. Ada seminar pra konferensi di kampus STAI Miftahul ‘Ula Ngalawak Kertosono dengan menghadirkan Ulama dari Syiria. Lalu acara serupa juga digelar di kampus IAI Pangeran Diponegoro Nganjuk tanggal 15 Mei 2016 dengan menghadirkan Prof. Dr. Ahmad Zahro, MA.
Belum lagi lembaga dan banom menyelenggarakan acara-acara sendiri. Diantaranya lazisnu, lpw, muslimat, fatayat. acara di Patianrowo adalah konferensi kedua dari dua puluh kecamatan. Setelah dari Berbek.
Paska Muktamar NU ke-33 ada perubahan tata cara dalam pemilihan rais syuriah. Bila dulu dengan suara terbanyak sekarang ini menggunakan metode ahwa, ahlul halli wal aqdi. Teknisnya seluruh syuriah ranting mengajukan 5 nama yang dianggap mumpuni. Lalu dirangking peraih suara terbanyak yang berhak menjadi ahwa. Ini berlaku dari tingkatan pb-pw-pc-mwc-ranting.
Pada proses konferensi mwc nu patianrowo ini pimpinan sidang dipercayakan kepada H. Ma’ruf, wakil ketua PCNU Nganjuk. Masing-masing rais syuriah ranting diminta maju ke depan untuk menuliskan nama-nama yang menjadi ahwa. Terpilihlah lima nama dengan suara terbanyak adalah K. Komari, H. Kholik, H. Syamsudin, H. Salim dan H. Wahib.
Ada kebijakan menarik dalam pemilihan rais syuriah ini. Bahwa rais syuriah boleh dari luar anggota ahwa. Akhirnya ahwa bersidang sekitar 3 menit dan memutuskan KH. Arif Mahfudz sebagai rais syuriah mwc nu patianrowo masa khitmat 2016-2021. Beliau rais syuriah sebelumnya dan dikalangan nahdliyyin rais syuriah biasanya diambilkan dari kiai sepuh. Selama beliau masih bersedia maka jabatan tersebut akan tetap dihaturkan sebagai penghormatan.
Lalu pemilihan ketua tanfidziyah. Masing-masing ranting berhak mengajukan satu nama. Ada 9 ranting yang hadir dari 11 ranting yang ada. Ada 2 ranting yang absen yakni Pakuncen dan Patianrowo. Setelah semua ketua ranting memberikan suaranya ternyata hasil draw. H. Ulum mendapat 1 suara. K. Komari dari 4 suara begitu juga H. Kholik.
Karena draw maka diadakan pemungutan suara kedua. Akhirnya terpilih H. Kholik setelah pemilihan mendapat 6 suara dan K. Komari 3 suara. Tanpa waktu lama ketua sidang mengetuk palu keputusan sidang.
Dalam tausiah menjelang penutupan oleh H. Sumanan Hidayat peserta diajak merenung betapa para pendiri NU berjuang dan tirakat terlebih dahulu. Jadi berdirinya Nahdlatul Ulama itu tidak ‘ujug-ujug’. Kepengin membuat ormas lalu datang ke notaris lalu jadi. Tidak.
Menurut catatan sejarah K. Wahab menelurkan ide  organisasi ulama sejak tahun 1923 kepada K. Hasyim Asyari. Namun tidak langsung diiyakan. Beliau meminta waktu dulu untuk mendapatkan petunjuk dari Allah. Setelah istikharah dan riyadhoh lama akhirnya ada tanda dari guru beliau Syaikhona Cholil Bangkalan berupa tongkat yang diantar oleh K. As’ad dari Situbondo. Tidak cukup itu saja ternyata ada pesanan untuk membaca dan memahami Surat Toha ayat 17-23. Dan disusul dengan isyarat tasbih. Ceritanya agak panjang.
Alhamdulillah acara berlangsung lancar dan sukses. Sangat kelihatan organisasi ulama tidak ada yang ingin berada di depan. Jadi saling mempersilahkan siapa yang mampu dan mau. Yang lain siap mendukung. Semoga hal ini senantiasa abadi sehingga NU sebagai wahana pengabdian bisa dirasakan manfaatnya oleh umat.
Mata sudah mengantuk. Tidur dulu. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar