KH. Arif Mahfudz-H. Abdul
Kholik Nahkoda Baru NU Patianrowo
Tiada angin tiada hujan
tiba-tiba pengurus ranting mendapat undangan konferensi mwc nu patianrowo.
Surat saya terima tanggal 6/4/2016 sedang acara sehari setelahnya di Pondok
Pesantren Sunan Kalijaga Pakuncen Patianrowo.
Kebetulan hari Kamis
acara padat sejak pagi. Ada khataman quran di masjid baitul atqiya’ yang
dimulai sejak rabu malam. Lalu sore diteruskan kirim doa tahlil yang dibaca
bakda asar. Acara ini diikuti jamaah masjid dengan mengirimkan catatan nama
anggota keluarga yang sudah meninggal. Biasanya disela-sela catatan ada uang
untuk operasional pengajian di masjid.
Lalu bakda magrib,
jamiyah tahlil wa ta’lim babussalam mengadakan acara tahlil dan ngaji di
masjid. Kebetulan hari malam jumat pon wajib dilakukan di masjid. Nguri-nguri
berdirinya masjid menurut dawuh si mbah.
Tak cukup itu bakda isak
ada undangan tahlil tetangga. Mau tidak mau harus menyempatkan ikut tahlil.
Biar tidak dikatakan anti tetangga. He..he.. tidak sebenarnya. Memang kita
butuh tetangga. Bisa bertemu tetangga ya acara seperti ini. Lha, setiap hari
acaranya kelayapan terus. Atau bila tidak duduk di depan laptop. He..he..
Jadinya datang di acara
konferensi terlambat. Undangan jam 19 baru pukul 20.30 bisa berangkat. Karena
masih menunggu teman dan lain-lain. Maklum jadi pengurus nu masih agak muda harus
sabar. Soalnya patnernya sudah usia 50an bahkan ada yang 70an.
Alhamdulillah di tempat
acara baru sambutan dari tuan rumah, K. Komari. Beliau mengingatkan kita ber-NU
untuk memperbaiki amal saleh. Dan ini bisa dijadikan sandaran untuk bermohon
doa kepada Allah. Karena beliau sendiri sudah mempraktekkan belasan tahun.
Gusti kulo wancine mbangunaken griyo yugane. Nyuwun kulo diparingi kemudahan.
Kulo nggeh sampun berkhitmah lewat NU. Alhamdulillah, ijabah. Dan masih banyak
lain yang sejenis. Jadi berjuang dan melayani umat lewat NU mbarakahi.
Ketika sambutan dari PCNU
oleh H. Hasyim Afandi baru tahu bahwa acara malam itu tidak hanya konferensi
mwc namun juga sosialisasi konferensi cabang nu yang akan diselenggarakan di
pondok pesantren darussalam krempyang tanjunganom tanggal 21-22 Mei 2016.
Untuk menyemarakkan
konferensi cabang ini ternyata sudah banyak kegiatan yang dilakukan. Ada
seminar pra konferensi di kampus STAI Miftahul ‘Ula Ngalawak Kertosono dengan
menghadirkan Ulama dari Syiria. Lalu acara serupa juga digelar di kampus IAI
Pangeran Diponegoro Nganjuk tanggal 15 Mei 2016 dengan menghadirkan Prof. Dr.
Ahmad Zahro, MA.
Belum lagi lembaga dan
banom menyelenggarakan acara-acara sendiri. Diantaranya lazisnu, lpw, muslimat,
fatayat. acara di Patianrowo adalah konferensi kedua dari dua puluh kecamatan.
Setelah dari Berbek.
Paska Muktamar NU ke-33
ada perubahan tata cara dalam pemilihan rais syuriah. Bila dulu dengan suara
terbanyak sekarang ini menggunakan metode ahwa, ahlul halli wal aqdi. Teknisnya
seluruh syuriah ranting mengajukan 5 nama yang dianggap mumpuni. Lalu
dirangking peraih suara terbanyak yang berhak menjadi ahwa. Ini berlaku dari
tingkatan pb-pw-pc-mwc-ranting.
Pada proses konferensi
mwc nu patianrowo ini pimpinan sidang dipercayakan kepada H. Ma’ruf, wakil
ketua PCNU Nganjuk. Masing-masing rais syuriah ranting diminta maju ke depan
untuk menuliskan nama-nama yang menjadi ahwa. Terpilihlah lima nama dengan
suara terbanyak adalah K. Komari, H. Kholik, H. Syamsudin, H. Salim dan H.
Wahib.
Ada
kebijakan menarik dalam pemilihan rais syuriah ini. Bahwa rais syuriah boleh
dari luar anggota ahwa. Akhirnya ahwa bersidang sekitar 3 menit dan memutuskan
KH. Arif Mahfudz sebagai rais syuriah mwc nu patianrowo masa khitmat 2016-2021.
Beliau rais syuriah sebelumnya dan dikalangan nahdliyyin rais syuriah biasanya
diambilkan dari kiai sepuh. Selama beliau masih bersedia maka jabatan tersebut
akan tetap dihaturkan sebagai penghormatan.
Lalu
pemilihan ketua tanfidziyah. Masing-masing ranting berhak mengajukan satu nama.
Ada 9 ranting yang hadir dari 11 ranting yang ada. Ada 2 ranting yang absen
yakni Pakuncen dan Patianrowo. Setelah semua ketua ranting memberikan suaranya
ternyata hasil draw. H. Ulum mendapat 1 suara. K. Komari dari 4 suara begitu
juga H. Kholik.
Karena
draw maka diadakan pemungutan suara kedua. Akhirnya terpilih H. Kholik setelah
pemilihan mendapat 6 suara dan K. Komari 3 suara. Tanpa waktu lama ketua sidang
mengetuk palu keputusan sidang.
Dalam
tausiah menjelang penutupan oleh H. Sumanan Hidayat peserta diajak merenung
betapa para pendiri NU berjuang dan tirakat terlebih dahulu. Jadi berdirinya
Nahdlatul Ulama itu tidak ‘ujug-ujug’. Kepengin membuat ormas lalu datang ke
notaris lalu jadi. Tidak.
Menurut
catatan sejarah K. Wahab menelurkan ide
organisasi ulama sejak tahun 1923 kepada K. Hasyim Asyari. Namun tidak
langsung diiyakan. Beliau meminta waktu dulu untuk mendapatkan petunjuk dari
Allah. Setelah istikharah dan riyadhoh lama akhirnya ada tanda dari guru beliau
Syaikhona Cholil Bangkalan berupa tongkat yang diantar oleh K. As’ad dari
Situbondo. Tidak cukup itu saja ternyata ada pesanan untuk membaca dan memahami
Surat Toha ayat 17-23. Dan disusul dengan isyarat tasbih. Ceritanya agak
panjang.
Alhamdulillah
acara berlangsung lancar dan sukses. Sangat kelihatan organisasi ulama tidak
ada yang ingin berada di depan. Jadi saling mempersilahkan siapa yang mampu dan
mau. Yang lain siap mendukung. Semoga hal ini senantiasa abadi sehingga NU
sebagai wahana pengabdian bisa dirasakan manfaatnya oleh umat.
Mata
sudah mengantuk. Tidur dulu. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar