Dok. radarmadura.co..id |
Puasa adalah salah satu
rukun Islam. Bila melakukannya maka kita akan menjadi muslim yang baik.
Istimewanya kewajiban ini hanya diberikan kepada orang yang benar-benar
beriman.
Nabi Musa As. bertanya kepada
Allah setelah beribadah di Gunung Tursina. Apakah Allah akan menciptakan hamba
yang lebih baik dari dirinya? Allah menjawab pertanyaan tersebut melalui hatib
(suara tanpa rupa). Bahwa Allah akan menciptakan hamba di akhir zaman yang
lebih baik dan lebih dekat dari Nabi Musa As. yakni Nabi Muhammad Saw. yang mendapat julukan sayyidul ambiyak wal
mursalin.
Jarak antara Nabi Musa
dengan Allah 70 ribu hijab. Sedang jarak umat Muhammad dengan Allah sangatlah
dekat berkat bulan ramadan. Inilah keistimewaan umat Muhammad dibanding
umat-umat sebelumnya.
Mengingat hal tersebut,
melaksanakan puasa Ramadan adalah kewajiban. Mengenai hal yang merintangi dan
menghalangi perlu dicari jalan pemecahannya.
Saat sekarang di desa
Pisang, para petani menanam buah melon di sawahnya. Dari segi perawatan memang
membutuhkan tenaga yang banyak. Hampir-hampir tidak bisa pulang ke rumah bila
dikerjakan sendiri. Karena sedikit lengah, hama bisa menjalar ke seluruh area
lahan. Dan bila terjadi, kegagalan panen ada di depan mata. Padahal modal bertani
berasal dari bank dan akan dibayar setelah panen.
Tidak bisa dipungkiri,
hasil panen melon memang menggiurkan. Apalagi menjelang lebaran. Pernah dengan
harga tertinggi 30 juta/140m². Ada tetangga yang menanam seluas 980m². Tidak
kurang 210 juta dalam tempo menanam 3 bulan, biaya produksi sekitar 30%. Bahkan
ada yang menanam lebih luas dari tersebut. Namun tantangannya menejemen waktu
untuk salat dan melaksanakan puasa.
Kesadaran Berzakat
Pada umumnya, ujian
dimaknai ketika ditimpa kesusahan, kesedihan dan kemalangan. Padahal berlimpah
rizki, kehidupan, kesuksesan, pangkat, karier, kesehatan juga bagian dari
ujian. Mau bersyukur atas anugerah ini atau tidak. Pilihannya memang hanya itu.
Bila bersyukur akan mendapat tambahan nikmat. Sebaliknya yang mengingkari, azab
Allah sangatlah pedih.
Berkeluh kesah atas
penderitaan namun lupa ketika sukses adalah fenomena kehidupan. Memang
manusiawi, mengeluarkan harta adalah sesuatu yang berat. Apalagi mencarinya
dengan berdarah-darah, mengeluarkan tenaga ekstra, hingga dibarengi dengan
tuntutan keberhasilan.
Dari cerita keberhasilan
petani melon yang mendapat untung luar biasa namun dari laporan Lembaga Amil
Zakat di desa Pisang masih sedikit atau belum yang menyalurkan zakatnya. Ini
perlu perhatian sendiri dari pemangku kepentingan.
Asumsi banyak sekali.
Diantaranya kesadaran pentingnya berzakat, disalurkan sendiri, tidak tahu
adanya LAZ, sosialisasi yang kurang dari LAZ, LAZ dianggap kurang kredible, akuntable,
dan trust. Inilah beberapa PR. Semoga bisa segera dicari solusinya.
Bila Gagal Panen
“Jangan banyak bicara,
saya cangkul kamu!”, ini salah satu cuplikan pembicaraan orang di sawah. Di
kala petani melon hampir gagal panen karena hujan yang turun terus-menerus.
Tanaman melon butuh air namun tidak perlu melimpah. Bila melimpah, gagal panen
di depan mata.
Berbicara dengan petani
melon harus tahu sikon, situasi dan kondisi. Dimaklumi, tenaga memang terkuras
dan tanggungan mengembalikan modal juga tidak bisa dipungkiri. Bila ada hujan
tiap hari, terpaksa pompa air bekerja 24 jam sehari. Begitu juga jika ada hama
menyerang. Warga yang lain hati-hati bila mengajak berbicara. Daripada menyulut
emosi dan terjadi pertengkaran. Biasanya, teman-teman mengalihkan pembicaran ke
hal lain.
Keteguhan Hati Untuk
Tetap Beribadah
Salat waktunya sudah
ditentukan. Begitu juga berpuasa waktunya hanya di bulan Ramadan. Di satu sisi
harus bekerja. Tidak hanya otot namun akal juga untuk kecermatan bertindak.
Memadukan hal ini tidak sembarang orang bisa melakukannya. Karena terkait
dengan keimanan seseorang.
Salat hari raya di masjid
dengan pakaian serba baru adalah hal sunah. Namun ada juga yang menginjak
masjid setahun sekali. Hanya salat ‘id. Sedang salat jumatnya, wallahu a’lam.
Tidak cukup kiranya, menunjukkan kemusliman seseorang hanya dengan salat ‘id.
Menurut kiai, seseorang
harus berusaha menata waktunya. Ketika waktunya salat berusahalah secepatnya
salat. Diusahakan dengan berjamaah. Pekerjaan lain ditinggal dulu. Tidak ada
ceritanya bangkrut karena meninggalkan salat. Karena salat dan bekerja sudah
diperintahkan Allah, jadi pastilah Allah sudah mengatur untuk terbaik bagi
hambaNya.
Berpuasa juga demikian.
Lebih baik ke sawah lebih pagi. Dirasa sudah beres dan badan agak lemas,
secepatnya pulang beristirahat. Sore kembali lagi, mengecek tanamannya. Malam
sehabis salat tarawih, mangga bila ke sawah lagi.
Saran di atas memang
teori di atas kertas. Kebetulan penulis, bukan petani melon. wkwkwkw.
Keselamatan hidup adalah hak dan kebutuhan kita. Bila ingin selamat mangga
mencari bekalnya. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar