Jumat, 03 Juni 2016

Buah Melon di Bulan Ramadan

Dok. radarmadura.co..id
Puasa adalah salah satu rukun Islam. Bila melakukannya maka kita akan menjadi muslim yang baik. Istimewanya kewajiban ini hanya diberikan kepada orang yang benar-benar beriman.
Nabi Musa As. bertanya kepada Allah setelah beribadah di Gunung Tursina. Apakah Allah akan menciptakan hamba yang lebih baik dari dirinya? Allah menjawab pertanyaan tersebut melalui hatib (suara tanpa rupa). Bahwa Allah akan menciptakan hamba di akhir zaman yang lebih baik dan lebih dekat dari Nabi Musa As. yakni Nabi Muhammad Saw.  yang mendapat julukan sayyidul ambiyak wal mursalin.
Jarak antara Nabi Musa dengan Allah 70 ribu hijab. Sedang jarak umat Muhammad dengan Allah sangatlah dekat berkat bulan ramadan. Inilah keistimewaan umat Muhammad dibanding umat-umat sebelumnya.
Mengingat hal tersebut, melaksanakan puasa Ramadan adalah kewajiban. Mengenai hal yang merintangi dan menghalangi perlu dicari jalan pemecahannya.
Saat sekarang di desa Pisang, para petani menanam buah melon di sawahnya. Dari segi perawatan memang membutuhkan tenaga yang banyak. Hampir-hampir tidak bisa pulang ke rumah bila dikerjakan sendiri. Karena sedikit lengah, hama bisa menjalar ke seluruh area lahan. Dan bila terjadi, kegagalan panen ada di depan mata. Padahal modal bertani berasal dari bank dan akan dibayar setelah panen.
Tidak bisa dipungkiri, hasil panen melon memang menggiurkan. Apalagi menjelang lebaran. Pernah dengan harga tertinggi 30 juta/140m². Ada tetangga yang menanam seluas 980m². Tidak kurang 210 juta dalam tempo menanam 3 bulan, biaya produksi sekitar 30%. Bahkan ada yang menanam lebih luas dari tersebut. Namun tantangannya menejemen waktu untuk salat dan melaksanakan puasa.
Kesadaran Berzakat
Pada umumnya, ujian dimaknai ketika ditimpa kesusahan, kesedihan dan kemalangan. Padahal berlimpah rizki, kehidupan, kesuksesan, pangkat, karier, kesehatan juga bagian dari ujian. Mau bersyukur atas anugerah ini atau tidak. Pilihannya memang hanya itu. Bila bersyukur akan mendapat tambahan nikmat. Sebaliknya yang mengingkari, azab Allah sangatlah pedih.
Berkeluh kesah atas penderitaan namun lupa ketika sukses adalah fenomena kehidupan. Memang manusiawi, mengeluarkan harta adalah sesuatu yang berat. Apalagi mencarinya dengan berdarah-darah, mengeluarkan tenaga ekstra, hingga dibarengi dengan tuntutan keberhasilan.
Dari cerita keberhasilan petani melon yang mendapat untung luar biasa namun dari laporan Lembaga Amil Zakat di desa Pisang masih sedikit atau belum yang menyalurkan zakatnya. Ini perlu perhatian sendiri dari pemangku kepentingan.
Asumsi banyak sekali. Diantaranya kesadaran pentingnya berzakat, disalurkan sendiri, tidak tahu adanya LAZ, sosialisasi yang kurang dari LAZ, LAZ dianggap kurang kredible, akuntable, dan trust. Inilah beberapa PR. Semoga bisa segera dicari solusinya.
Bila Gagal Panen
“Jangan banyak bicara, saya cangkul kamu!”, ini salah satu cuplikan pembicaraan orang di sawah. Di kala petani melon hampir gagal panen karena hujan yang turun terus-menerus. Tanaman melon butuh air namun tidak perlu melimpah. Bila melimpah, gagal panen di depan mata.
Berbicara dengan petani melon harus tahu sikon, situasi dan kondisi. Dimaklumi, tenaga memang terkuras dan tanggungan mengembalikan modal juga tidak bisa dipungkiri. Bila ada hujan tiap hari, terpaksa pompa air bekerja 24 jam sehari. Begitu juga jika ada hama menyerang. Warga yang lain hati-hati bila mengajak berbicara. Daripada menyulut emosi dan terjadi pertengkaran. Biasanya, teman-teman mengalihkan pembicaran ke hal lain.
Keteguhan Hati Untuk Tetap Beribadah
Salat waktunya sudah ditentukan. Begitu juga berpuasa waktunya hanya di bulan Ramadan. Di satu sisi harus bekerja. Tidak hanya otot namun akal juga untuk kecermatan bertindak. Memadukan hal ini tidak sembarang orang bisa melakukannya. Karena terkait dengan keimanan seseorang.
Salat hari raya di masjid dengan pakaian serba baru adalah hal sunah. Namun ada juga yang menginjak masjid setahun sekali. Hanya salat ‘id. Sedang salat jumatnya, wallahu a’lam. Tidak cukup kiranya, menunjukkan kemusliman seseorang hanya dengan salat ‘id.
Menurut kiai, seseorang harus berusaha menata waktunya. Ketika waktunya salat berusahalah secepatnya salat. Diusahakan dengan berjamaah. Pekerjaan lain ditinggal dulu. Tidak ada ceritanya bangkrut karena meninggalkan salat. Karena salat dan bekerja sudah diperintahkan Allah, jadi pastilah Allah sudah mengatur untuk terbaik bagi hambaNya.
Berpuasa juga demikian. Lebih baik ke sawah lebih pagi. Dirasa sudah beres dan badan agak lemas, secepatnya pulang beristirahat. Sore kembali lagi, mengecek tanamannya. Malam sehabis salat tarawih, mangga bila ke sawah lagi.
Saran di atas memang teori di atas kertas. Kebetulan penulis, bukan petani melon. wkwkwkw. Keselamatan hidup adalah hak dan kebutuhan kita. Bila ingin selamat mangga mencari bekalnya. Wallahu a’lam bi al shawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar