Senin, 25 April 2016

Lailatul Ijtimak NU Pisang

Jamaah Mujahadah Padang Mbulan Putri usai salat sunah.
Tanpa terasa kita sudah di pertengahan Bulan Rajab. Salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam. Dalam menyambut bulan ini ada doa yang dianjurkan untuk dibaca yakni:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَان
Pada tahun kesepuluh dari kenabian, Kanjeng Nabi mendapat perintah Salat lima waktu. Pertanyaannya kemudian apakah selama sepuluh tahun kenabian tidak melaksanakan salat?
Hal ini memang jarang kita dengar. Namun ternyata selama jangka waktu itu tetap melaksanakan salat. Syariatnya mengikuti ala Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang terpaut 3000 tahun dengan Kanjeng Nabi. Salatnya berupa 2 rakaat di waktu pagi dan 2 rakaat di waktu sore.
Dalam 10 tahun periode di Mekkah dakwahnya dilakukan secara sirri atau diam-diam. Dari rumah ke rumah dan keluarga dekat. Posisi Nabi masih aman karena dilindungi oleh Ibu Khadijah (isteri Nabi) dan pamannya, Abu Thalib.
Ibu Khadijah disegani kalangan Quraish karena mempunyai kekuasaan perdagangan, kekayaan, dan nasab yang mulia. Dari sisi perdagangan ternyata menjadi penguasa jalur perdagangan Mekkah-Syam waktu itu. Bila berani berdagang sendiri pada jalur tersebut bisa saja pulang tinggal nama saja. Karena perampok dan penyamun bisa datang dengan tiba-tiba.
Penyerahan kenanag-kenangan oleh Rais Syuriyah, H. Basyari Utsman.
Ngaji bareng bersama Drs. K. Imam Masyhadi alhafidz.

Namun bila bergabung dengan kafilah dagangnya Ibu Khadijah dijamin aman dalam perjalanan  hingga kembali. Sehingga para pedagang dan penguasa pada waktu itu segan kepada Ibu Khadijah. Bila melukai hatinya, bisa-bisa mata pencahariannya gulung tikar.
Paman Nabi, Abu Thalib berasal dari Bani Hasyim yang  disegani karena mengelola Ka’bah dan Sumur Zam-zam. Setelah keduanya wafat maka tidak ada lagi pelindung Nabi. Hati Nabi bingung, karena sebagian pegangan hidupnya sudah tidak ada lagi. Yang kemudian dikenal dengan amul huzni (tahun duka cita).
Kemudian Nabi dihibur hatinya dengan peristiwa isra’ mikraj. Pagi harinya Nabi mengumpulkan banyak orang untuk menyampaikan perintah Allah berupa salat lima waktu.
Dengan dakwah diam-diam saja, banyak halangan dan rintangan yang dihadapi. Padahal ada pelindung beliau. Sekarang pelindung sudah tidak ada dan diperintahkan berdakwah dengan terang-terangan. Hal inilah yang berkecamuk di hati Nabi.
Karena ini adalah perintah Allah tetap dilaksanakan. Korban berjatuhan di pihak sahabat. Yang masih menjadi budak semakin disiksa oleh tuannya. Seperti sahabat Bilal dan sahabat keluarga Yasir. Ada juga sahabat yang kembali ke agama semula karena tidak percaya dengan Nabi.
Dilihat dari teori organisasi, adanya isra’ mikraj sebagai penyeleksi militansi atau loyalitas sahabat. Bila dihadapkan sesuatu yang urgen, bisa suatu saat organisasi membuat sesuatu sebagai penyeleksi. Hal ini akan diperolah anggota organisasi yang benar-benar loyal, tidak abu-abu.
Demikianlah pengajian yang diberikan oleh Drs. K. Imam Masyhadi Alhafidz saat Lailatul Mujahadah Padang Mbulan (Lailatul Ijtima') di Musala Almuttaqin Pisang hari Ahad, 24 April 2016.
Di luar dugaan jamaah yang datang meluber hingga halaman musala hingga dibuatkan tenda. Jamaah dari berbagai musala sedesa Pisang berdatangan didukung dengan cuaca yang cerah sejak pagi hari.
Semoga amaliyah Nahdliyyin senantiasa lestari untuk menangkal paham radikal yang sedang marak akhir-akhir ini. wallahu a’lam bi alshawab.





          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar