Dengan persiapan hanya
sepekan, jamaah tahlil wa taklim babussalam pisang akhirnya bisa melaksanakan
tradisi ziarah ke para waliyullah. Memang sempat terjadi kevakuman sekitar tiga
tahun tidak melakukan kegiatan ini sepeninggal H. Saifudin, pembina jamaah.
Namun dengan tekad bulat panitia melaksanakan tradisi yang baik, nguri-nguri
manfaat yang didapat akhirnya berjalan
sesuai harapan.
Bagi orang desa yang
berkecimpung di paguyuban seperti jamaah tahlil banyak hal yang harus dibahas
dan dipersiapkan bila ingin melaksanakan suatu kegiatan. Bahkan kalau perlu
perlu rapat berkali-kali. Belum lagi
rasa ewuh pakewuh dengan orang yang dituakan. Ini sedikit bisa dipahami karena
antara tokoh dan jamaah ada patron clien. Ada rasa ketergantungan. Bisa karena
finansial, ekonomi, balas budi, atau hubungan guru murid. Bila dirasa
menyebabkan rasa kecewa sang tokoh rasanya tidak enak. Walau terkadang apa yang
dilakukan sudah benar dari segala sisi. Namun alhamdulillah dengan keluasan
pandangan dari pengurus hal ini bisa diatasi. Terlihat teman-teman sudah bisa
membedakan ini hal urgen atau hanya sekedar masalah pribadi.
Pada
Ahad pagi yang cerah (8/11/2015) berangkatlah 30 peserta ziarah. Berangkat
dengan satu bis menuju Mojoagung. Makam yang diziarahi Raden Alif (Guru dari Sayyid Sulaiman, ada yang
mengatakan demikian. Ada juga yang berpendapat beliau yang merawat Sayyid
Sulaiman ketika sakit hingga beliau meninggal) lalu Sayyid Sulaiman. Dari keturunan
Sayyid Sulaiman terus melanjutkan dakwah Islam. Diantaranya mendirikan pondok
pesantren sidogiri pasuruan, pondok sidosermo surabaya. Dan masih banyak lagi
yang lain.
Selanjutnya
rombongan menuju makam Troloyo yang terletak di desa Setonorejo Trowulan
Mojokerto. Makam Islam kuno ini dulunya masuk wilayah kutaraja Majapahit dan
masih berupa hutan. Namun sekarang sudah berubah situsnya dengan sentuhan “masa
kini”. Ini membuktikan bahwa sudah ada penyebar Islam pada jaman Kerajaan
Majapahit masih berdiri kukuh. Adapun yang dimakamkan di sini diantaranya Syeh
Jumadil Kubro (ulama Persia yang menyebarkan Islam di tanah Jawa). Kakek dari
Sunan Ampel. Dari beliau menurunkan para penyebar Islam, para wali.
Selanjutnya
rombongan menuju Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang. Tempat dimakamkannya
KH. Moh. Romli Tamim. Beliau dikenal sebagai Mursyid Thariqah Qadiriah wa
Naqsabandiyah dan yang mempopulerkan bacaan istighosah dengan kitab beliau
al-istighatsah bi hadrati rabb albariyyah (1951).
Seusai
dari Rejoso menuju makam Tebuireng di Pondok Pesantren Tebuireng tempat
dimakamkannya tiga pahlawan nasional yakni KH Hasyim Asyari, KH Wahid Hasyim
dan insyaallah tidak lama lagi KH Abdurrahman Wahid akan ditetapkan juga
sebagai pahlawan nasional. Bila di lihat di negeri ini tidak ada yang menyamai
prestasi kakek-anak-cucu yang menjadi pahlawan nasional.
Ini
tidak bisa dipungkiri karena karya beliau bertiga ketika masih hidup sudah
banyak ditorehkan untuk mengabdi kepada nusa, bangsa dan agama. KH Hasyim
Asyari mendirikan pesantren Tebuireng untuk menyiapkan generasi Islam, lalu
mendirikan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi para kiai, santri pondok
pesantren yang eksis hingga saat ini, lalu adanya resolusi jihad yang
mengobarkan semangat nasionalisme hingga terjadinya perang di Surabaya lalu
menjadi hari Pahlawan, 10 November.
KH.
Wahid Hasyim dikenal sebagai reformis pendidikan Islam dan pesantren. Beliau
yang pernah menjadi menteri agama lalu membidani berdirinya perguruan tinggi
islam negeri, diperbolehkannya perempuan menjadi hakim agama dan juga regulasi
madrasah.
Sedang
KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dikenal sebagai multi talenta politisi,
budayawan, negarawan, kiai, guru bangsa, presiden RI ke-4, tokoh humanis.
Dari
perjalanan ziarah ini ada banyak hal yang didapat. Diantaranya bahwa kematian
pasti terjadi. Maka berziarah ke makam untuk mengingat kematian dan bisa
menyiapkan diri untuk menuju ke sana. Lalu dari banyak peziarah yang datang padahal
tidak ada hubungan darah sama sekali ini menunjukkan bahwa manfaat kehidupan
beliau-beliau dirasakan banyak orang. Berarti beliau-beliau adalah orang saleh,
wali dekat dengan Allah. Peziarah datang bukan meminta kepada makam namun
bermohon kepada Allah lewat (wasilah) orang yang dimakamkan di situ. Karena beliau
diyakini dekat dengan Allah.
Perputaran
ekonomi yang luar biasa. Banyak pedagang, tukang ojek, juru parkir, penginapan
dan kegiatan sosial ekonomi tumplek blek di sekitar makam. Terlihat bahwa orang
yang sudah meninggal menghidupi orang yang masih hidup. Ini adalah hal nyata
bukan mimpi. Pertanyaan kemudian adalah bagaimana agar kita bisa bermanfaat
bagi orang lain? Persiapan apa untuk menuju kehidupan nati? Marilah kita tengok
lagi perjalanan hidup para waliyullah. Wallahul a’lam bi alshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar