Tradisi ziarah kubur
memang dianjurkan dalam Islam. Awalnya memang dilarang oleh Nabi. Karena tingkat
keimanan sahabat yang belum kokoh waktu itu. Namun setelah itu bahkan
dianjurkan. Dan menjadi bentuk amalan soleh.
Tradisi ini berlaku
hingga kini. Menjelang Ramadan tahun ini tepatnya H-2 hingga H-1 masyarakat
berbondong-bondong ke makam. Sambil membawa anak isteri untuk mendoakan orang
tua. Anak yang bertempat tinggal di luar kotapun rela berkendara pulang kampung
sekedar untuk mengunjungi orang tuanya yang sudah meninggal.
Hal ini saya temui
kemarin pada H-1 di Makam Desa Pisang. Selepas salat duhur saya ke makam orang
tua bersama anak-anak. Tampak banyak orang yang sudah datang berziarah. Saya lihat
banyak orang yang membaca tahlil dan yasin di makam orang tua masing-masing. Ada
juga yang memasang kijing di makam. Memang menjelang Ramadan musim memasang
kijing makam.
Pemandangan tumpah ruah
tampak di makam desa Tanjungkalang Kecamatan Ngronggot. Seisi makam tumplek
blek diisi oleh orang berziarah. Bahkan banyak area parkir dadakan di sepanjang
jalan. Yang mendapat berkah tentu saja tukang parkir dan pedagang bunga.
Ziarah kubur sebenarnya
sudah acapkali dikerjakan tiap kamis sore. Namun bila menjelang Ramadan tidak
melakukan terasa ada yang kurang. Sehingga berusaha menyempatkan diri untuk
tetap datang berziarah.
Bila dipikir sejenak. Orang
tua kita atau kakek nenek yang sudah meninggal. Tentunya sangat jarang kita
bertemu. Beda dengan orang tua yang masih hidup. Bila bukan kita yang menengok
untuk berkirim doa untuk beliau lalu siapa yang datang menengok. Orang lain
tentu menengok orang tuanya sendiri. Jadi berziarah ke makam orang tua bukan
berdoa untuk meminta orang tua. Namun mendoakan beliau agar diterima amal
solehnya.
Lalu diampuni dosa dan
khilafnya. Diberi kelapangan dan terang kuburnya. Diakui sebagai umat Nabi
Muhammad dan mendapat syafaatnya. Lalu dimasukkan surga atas rahmat Allah.
wallahu a’lam bi alshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar