Ada yang menarik dari
tulisan jean pieget. Dia mengungkapkan lima pilar kematangan emosi. Dan ini
sesuai dengan pelaksanaan puasa yang kita lakukan.
Jean Pieget, pria
berkebangsaan Swiss (1896-1980) tokoh psikologi perkembangan memaparkan lima
hal yakni mampu menerima kenyataan,
sabar, jiwa humor, menerima tanggungjawab, dan menghargai orang lain.
Apa yang kita terima hari
ini mari tetap disyukuri. Bisa saja ini yang terbaik. Angan-angan yang tidak
sesuai kenyataan itu harapan. Tuhan telah memilihkan yang terbaik. Bila belum
puas perlu berusaha lagi. Bila menyalahkan orang lain semua orang bisa. Namun
ini hal yang kurang baik. Semuanya dari kita sendiri.
Imam Ghozali membagi
sabar dalam beberapa segi. Sabar melaksanakan ibadah, sabar dalam menghindari
maksiyat, sabar menghadapi sesuatu yang tidak disenangi.
Ibadah puasa terkadang
terasa berat. Selama 11 bulan bebas makan dan minum namun ada satu bulan yang
harus berpuasa. Bila di dalam hati tidak ada iman dan kesadaran mungkin saja
tidak akan puasa. Apalagi bagi pekerja berat. Buruh tani, manol di pasar dan
toko bangunan, sopir, kenek, pasukan kuning, tukang becak, dan konco-konconya.
Namun oleh karena perintah
tuhan tetap berusaha dilaksanakan. Sekedar berpuasa menghindari makan, minum,
menjauhi berhubungan suami isteri adalah berat bagi mereka. Belum lagi godaan
dari lingkungannya. Inilah hal yang luar biasa. Salut bagi mereka yang masih
tetap berpuasa.
Maksiyat sederhananya
melanggar aturan agama. Diberi mata tidak digunakan untuk membaca alquran.
Malah melihat yang lain. Kaki tidak digunakan untuk bekerja, melangkah ke
masjid, atau menolong orang namun digunakan hal-hal yang tidak berguna. dan
masih banyak contoh yang lain.
Dalam menghadapi sesuatu
yang tidak disenangi memang berat. Sakit, ada keluarga yang meninggal, dompet
kosong terkadang menjadi hal yang menyesakkan dada. Namun disadari hal ini
harus tetap dihadapi. Bila tetap tegar dan terus melangkah maka akan mendapat kemenangan.
Jiwa humor seperti yang
dimiliki Gus Dur dan para kiai ternyata sebagai petunjuk kematangan emosi. Sesuatu
yang rumit bisa diselesaikan dengan hal yang sederhana. Persoalan gawat bisa
diurai menjadi bahasa yang sederhana. Tidak ada yang dikorbankan, semua menjadi
teman. Itulah keberhasilan para kiai yang mempunyai jiwa humor.
Menjadi pribadi tidak
mempunyai tanggungan berlebih. Namun dalam pribadi ada tanggungjawab keluarga,
masyarakat, dan komunitas tertentu. Hal ini menuntut tanggungjawab. Lalu
melaksanakan tanggungjawab dari semuanya itulah yang luar biasa.
“orang lain punya
kelebihan”, demikian petuah orang tua. Kita perlu menghargai bahwa setiap orang
mempunyai kelebihan sendiri. Si a jago managemen keuangan keluarga, si b
anak-anaknya berprestasi, si c kariernya selalu menanjak. Sedangkan kita
semuanya serba pas-pasan. Disyukuri saja. Tidak mungkin kita meniru seseorang.
Namun dari apa yang ada dari kita bisa kita optimalkan. Sehingga kita menjadi
diri kita sendiri. Wallahu a’lam bi alshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar