Minggu, 03 Oktober 2010

Safari sholat tarawih


Dalam bulan Ramadhan banyak sekali amalan yang dianjurkan untuk dilaksanakan. Diantaranya adalah sholat tarawih berjamaah. Tarawih ada yang mengartikan dengan istirahat. Kalau menilik dari hal ini berarti ketika melaksanakan sholat tarawih masing-masing dua rakaat tidak terus dilakukan tetapi ada jeda waktu untuk istirahat sejenak. Biasanya diselingi dengan bacaan sholawat. Dan inipun tidap mushola atau masjid berbeda-beda. Ada yang pendek namun ada yang agak panjang. Dan hal itu semua menambah kekayaan ritual yang mengasyikkan dan menambah senang serta semangat untuk melaksanakan ibadah.
Kalau merujuk dari awal sejarahnya bahwasanya pada bulan Ramadhan Nabi keluar rumah pada malam hari menuju masjid dan melaksanakan sholat. Para jamaah mengikutinya. Pada hari kedua jamaah yang ikut bertambah banyak. Karena memberitahukan kepada sahabat-sahabat yang lain. Begitu juga pada hari ketiga. Ketika hari keempat, Nabi tidak keluar rumah. Berdiam diri di rumah dan melaksanakan sholat malam di rumah saja. Para jamaah bertanya-tanya. Ada apa gerangan sehingga Nabi tidak melaksanakan sholat lail di masjid? Pertanyaan itu terjawab setelah melaksanakan sholat subuh. Mendengar hal tersebut Nabi menjelaskan bahwa ada ketakutan pada diri Nabi kalau-kalau sholat tarawih yang biasa dilakukan itu akan dijadikan ibadah wajib oleh Allah. Tentu saja ini akan memberatkan umat. Daripada hal itu terjadi maka Nabi sholat di rumah. Sampai seperti itu kekhawatiran dan cinta Nabi kepada kita umatnya. Dan nyatalah bahwa sholat tarawih bukan termasuk sebagai ibadah wajib tetapi sunah muakad. Dan diterangkan bahwa melaksanakan sholat sunah di bulan Ramadhan pahalanya sama dengan sholat wajib di luar bulan Ramadhan.
Mengenai jumlah rakaat sholat tarawih tidak perlu diperdebatkan jumlah berapa yang paling afdhal. Apakah 8, 20 atau 36. memang itu semua ada dasarnya masing-masing. Mempermasalahkan hal tersebut sudah tidak pada tempatnya sekarang ini. Karena sudah dibahas oleh para ulama jaman dahulu. Tinggal kita sekarang ini melaksanakannya dengan baik. Akan habis energi kita kalau masih mengemukakan hal furuiyah. Tugas kita sekarang adalah melaksanakan pemberdayaan umat, memerangi kebodohan dan kemiskinan yang masih dialami saudara-saudara kita.
Mengenai pelaksanaan ibadah sholat tarawih di Masjidil Haram sekarang ini adalah berjumlah 20 rakaat. Ditambah tiga sholat witir. Bahkan ketika mulai tanggal 21 Ramadhan sholatnya ditambah menjadi 40 rakaat. Bagaimana pelaksanaan di Masjid Nabawi Madinah? Ternyata di sana melaksanakan sholat tarawih berjumlah 36 rakaat. Lha, kok bisa. Waktu itu Imam Maliki sebagai imam Madzab di sana berargumen bahwa jarak Madinah-Mekkah adalah 400 kilometer. Orang Mekkah mudah untuk thawaf atau mengelilingi Ka’bah kapan saja. Bisa sebelum sholat atau bakda sholat. Atau kapan saja bila ada waktu luang. Penduduk Madinah untuk melaksanakan thawaf sangat kesulitan melihat jarak yang jauh seperti itu. Maka untuk menambah amalan ibadah dibuatlah jumlah rakaat sholat tarawih menjadi 36 rakaat. Lha, kita masyarakat Indonesia dan biasa dilakukan di desa-desa mengikuti madzab Syafi’iyah melaksanakan sholat tarawih yang tengah-tengah yakni 20 rakaat. Sesuai dengan adat orang Indonesia yang suka tawasuth (tengah-tengah) tidak terlalu ringan dan juga tidak terlalu memberatkan.
Berkaitan dengan kegiatan bulan Ramadhan kemarin di desa Pisang dikoordinir oleh Takmir Masjid Baitul Atqiya’ membuat jadwal safari Ramadhan seperti tahun-tahun sebelumnya. Yakni safari Ramadhan dengan kegiatan anjangsana bagi tokoh agama untuk menjadi imam sholat isya, tarawih dan memberi kultum. Hal ini dimaksudkan untuk mempererat tali silaturahim antar warga dan para imam masjid serta mushola. Perlu diketahui bahwa jumlah masjid di Dusun Pisang ada satu dengan jumlah mushola ada 16 buah. Ini belum terhitung jumlah masjid dan mushola di dusun satunya yakni Senggung. Memang Desa Pisang mempunyai dua dusun yakni Pisang dan Senggung. Letak Dusun Senggung letaknya terpisah sekitar 2 kilometer di pisahkan oleh areal persawahan.
Dilihat dari jumlah takmir mushola yang bisa bergantian menjadi imam ada 4, kadang 3, 2 dan bahkan 1 orang. Jadi melihat hal tersebut adanya safari seperti ini akan sangat membantu disamping untuk mempererat silaturahim tadi.
Kebetulan dalam jadwal safari bulan Ramadhan kemarin saya mendapat giliran berkeliling. Ini tugas selama dua tahun berturut-turut. Yang sebelumnya menjadi imam stand by di Masjid. Dari pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya para jamaah menyambut positif kegiatan ini dan diharapkan pada tahun mendatang lebih bisa diintensifkan. Dalam arti disamping ketepatan waktu kedatangan tim safari dilokasi juga jamaah sangat memerlukan pencerahan wacana keagamaan yang lebih membumi. Sehingga momentum ibadah di bulan Ramadhan ini tidak saja ramai sebulan saja di masjid dan mushola. Diharapkan jamaah sholat tetap banyak di luar bulan Ramadhan. Dengan kata lain semangat beribadah bulan Ramadhan bisa berlangsung sepanjang tahun.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar