Minggu, 10 Januari 2010

Kesederhanaan Hidup Kanjeng Nabi Muhammad SAW

Jika kita membandingkan kehidupan Kanjeng Nabi sebelum dan sesudah kenabian, kita akan menyimpulkan bahwa diluar akal kita kalau Kanjeng Nabi adalah Nabi palsu yang melaksanakan tugas kenabian untuk memperoleh keuntungan materi, kejayaan, keagungan dan kekuasaan.
Sebelum diutusnya menjadi rasul, Muhammad tidak bingung akan materi karena sudah dikenal luas sebagai pedagang yang sukses. Sehingga menikmati kesejahteraan finansial. Setelah tugas kenabian turun kehidupan menjadi berbalik. Kehidupan finansial memburuk. Untuk meyakinkan hal tersebut, mari kita ikuti pendapat dari Sahl bin Sa’ad salah satu sahabat Nabi. Ia berkata: ”Rasulullah tidak pernah terlihat makan roti dari tepung pilihan dari saat itu (kenabian) hingga beliau meninggal”. Sahabat Amr bin Haris mengatakan bahwa ketika Nabi wafat tidak meninggalkan uang sepeserpun atau sesuatu yang lain kecuali pelana putih, senjata dan sebidang tanah untuk wakaf. Kanjeng Nabi hidup seperti itu walau punya baitul mal dibawah kekuasaan beliau. Meninggalkan karya nyata berupa sebagian besar penduduk semenanjung Arab sudah memeluk Islam sebelum beliau wafat dan masuk dibawah kekuasaan Islam sesudah tahun ke-18 kenabian.
Apakah mungkin Kanjeng Nabi mengemban risalah untuk mendapatkan status sosial, kebesaran, dan kekuasaan? Hasrat menikmati status sosial dan kekuasaan biasanya diasosiasikan dengan makanan yang enak, baju mahal, istana mewah, penjagaan yang ketat dan kekuasaan tanpa batas.apakah indikator ini dimiliki Kanjeng Nabi? Gambaran sekilas berikut akan menjawab pertanyaan di atas.
Meskipun bertanggungjawab sebagai Nabi, guru, negarawan, dan hakim beliau memerah susu kambing sendiri, menambal pakaian, memperbaiki sepatu sendiri, membantu pekerjaan rumah dan mengunjungi masyarakat miskin yang sakit. Beliau Juga tidak segan-segan bekerja memindahkan pasir untuk menggali parit dengan para sahabat. Kehidupan beliau dihiasi dengan kesederhanaan dan rendah hati.
Kanjeng Nabi sangat sayang kepada umatnya. Sehingga umat juga sangat hormat kepada beliau. Tetapi penghormatan ini diarahkan kepada Allah bukan untuk beliau secara pribadi. Tentang hal ini Sahabat Anas mengatakan bahwa tidak ada orang yang cintanya melebihi cintanya Nabi kepada umatnya. Ketika Nabi datang kepada mereka, Nabi melarang mereka untuk berdiri memberi penghormatan.
Jauh sebelum Islam tersebar luas, dalam waktu yang lama dakwah Islam diliputi siksaan yang menyakitkan, penderitaan yang tak terperikan dialami Kanjeng Nabi dan pengikutnya namun beliau terima dengan lapang dada.
Seorang utusan dari pimpinan penyembah berhala, Otba datang kepada Nabi berkata,” jika kamu ingin uang, kita akan mengumpulkan uang untukmu sehingga kamu menjadi orang terkaya diantara kami. Jika kamu ingin menjadi pimpinan, kami akan menempatkanmu menjadi pimpinan kami dan kami tidak akan memutuskan sesuatu tanpa restumu. Jika kamu ingin menjadi raja, kami akan meletakkan mahkota kepadamu sebagai raja kami..”. hanya pintaku, kamu tidak mengajak orang-orang untuk berislam dan menyembah Tuhan yang Esa. Apakah tawaran ini diterima untuk mendapatkan keuntungan duniawi? Apakah Kanjeng Nabi ragu untuk menolak tawaran ini? Apakah beliau membuat tawaran strategis untuk mendapatkan tawaran lebih bagus? Beliau menjawab dengan membaca basmalah kepada Otba. Dan dilanjutkan membaca QS 41, 1-38.
Paparan di atas menunjukkan bahwa Kanjeng Nabi adalah seorang pimpinan yang rendah hati selama perjuangan penyebaran dakwah Islam.

Wallahu a’lam bi al showab

Disadur dari The Simple Life of Muhammad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar